Â
(Sebuah Pentigraf - Cerpen Tiga Paragraf)
    Jelang lebaran haji, pasar hewan sudah ramai dipenuhi hewan kurban. Pedagang hewan kurban sudah ramai promosi. Ada yang pasang spanduk, sebar brosur, flyer, online, dan ada juga yang menjajakan hewan kurbannya secara manual. Bermodal suara keras, apalagi menggunakan pengeras suara, jadilah direct promo. Suara penawaran bersahutan mewarnai suasana pasar yang mulai dipenuhi pengunjung. Diksi pilihan promosi untuk menarik pembeli, berlomba dilantunkan. Aytun dan Paimin yang sedang belanja, sempat tertarik menyimak. Telinga Aytun menangkap bahasa promo yang menggelitik pikirannya. Dicarinya sumber suara yang ternyarta tak jauh darinya.
    Aytun meminta Paimin untuk menyimak baik-baik. "Domba kurban .... Domba kurban..., asli Garut, kuat lima kali kawin dalam sehari," seru pedagang sambil keliling pasar. Paimin yang asli orang Garut, merasa tersanjung. Beda dengan Aytun. Ia mencubit pinggang Paimin, "Tuh, Kang, domba aja yang makan rumput kuat lima kali sehari, lha Akang ...?" Aytun mencibir suaminya.
    Paimin terpojok. Mukanya merah padam. Masa ia dibandingkan dengan domba. Otak cerdasnya berputar. Dihampirinya pedagang domba itu. "Pak, lima kali itu dengan betina yang sama?" tanya Paimin nyelidik. "Ya, nggak atuh Kang, beda-beda," jelas tukang domba. Paimin melirik Aytun penuh kemenangan. Aytun tersipu. Pipinya merona. Sebelum Paimin memperjelas dan mempertegas kata-kata tukang domba, Aytun membungkam mulut Paimin dengan telapak tangannya. Dengan hasrat tak sabar, ditariknya tangan Paimin pulang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H