Melihat sedikit tumbuh iri walau mulut berkata tidak
Menuntut janji tanpa melihat kedalam diri
Menuntut janji tanpa berkompromi membantu
Selalu dalam untuk mewujudkan kisah dramaÂ
Namun dangkal dalam mengenali welas-asih
Berkata iya yang harusnya tidakÂ
Berkata iya yang seharusnya tidak
Adab hanyalah hiasan
Hati siapa yang tahu
Kata-katanya kosong
Simpati hanyalah hiasannya
Rela ditolong
Tak rela menolong
Ohh sang pemilik kasih
Kau beriku hati dan pikiran
Kau ajarkanku yang lemah ini untuk selalu kuat
Maka dia yang tiada memberikan itu aku pasrahkan padaMu
Biarkan peradaban ini berlalu
Namun kita sebagai penopang kehidupan
Jangan sampai anggap apa yang kau lihat di seluruh media ini nyata
Karena faktanya sangat berbalik
Nyatanya punggung kita milik kita sendiri
Ada dan tiadanya siapapun itu
Terlebih wahai kau yg berjiwa kecil
Besarkanlah
Busungkan dadamu seraya pandanganmu tunduk
Bangun prinsipmu dalam-dalam
Bahwa tiada yang bisa mengalahkanmuÂ
Kecuali atas izinNya
Kau lebih kuat daripada yang kau kira
Biarkan budak drama bertopeng kebajikan itu tahu dengan sendirinya
Biarkan sebuah peristiwa yang KAU ridhoi itu ia rasakan
Kita mahluk yg tiada sempurna walau sempurna diantara mahluk lainnya
Aku tulis ini di sebuah kebun yang luas
Sambil kutekadkan niatku
Sambil kukuatkan segalanya
Walau tubuh kurus ini semakin hari menua
Walau segalanya tak sama walau hakikatnya sama
Bukalah mata kami
Biarkan kejahilan itu menyadarkan betapa setiap insan di dunia ini berharga
Bukan karena ini
Karena itu
Karena omong kosong yg kadang berkeliaran didukung oleh omong kosong lainnya
Biarkan hati yang mati ituÂ
Semua tidak kebetulan
Dan keyakinan ini bukan sembarang keyakinan
Pengalaman ini pahit namun manis di akhir
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H