Ketika aku dan pak tua memasuki sebuah pelantaran yang sangat luas bak pelataran istana terlarang Peking ini suasana menjadi hening.Â
" Maaf menganggu latihan kalian, terima kasih sebelumnya atas kedatangan kalian disini, hal ini sungguh-sungguh membuatku semangat memperjuangkan kemerdekaan negera kita tercinta yaitu Nusantara, kata pak tua secara tegas kepada mereka.
" Selanjutnya kini akan kuperkenalkan kepada kalian Franz, mulai sekarang dia akan mengikuti kalian latihan di Cakra Buana ini, kata pak tua itu sambil menggandeng tanganku.
Aku seperti seorang anak yang tak tahu apa-apa saat itu, karena tiba-tiba harus mengahadapi suatu hal baru secara tiba-tiba.
" Apa maksudnya ini pak tua? Kataku berbisik kepadanya.
" Tidak apa, ikuti saja, lagipula kau tak punya tempat yang ingin kau tuju, katanya sambil sedikit tersenyum.
" Aku tahu kau pasti menghadapi hari yang berat beberapa hari yang lalu, dan pastinya kau korban pembersihan dari Nether.
Aku tak terlalu paham yang dikatakan pak tua itu, karena beberapa hari yang lalu yanh kuingat hanya aku amat sangat kelaparan. Namun aku tetap tak punya pilahan lain.Â
" Silahkan lanjutkan latihannya saudara-saudaraku, kata pak tua itu kepada mereka.
Kini aku mulai menerka-nerka, apakah pak tua itu seorang guru bela diri disini? Siapa sebenarnya dia?. Aku sangat penasaran akan hal itu, tampilannya tak ubah seperti seorang rakyat biasa. Kini aku mulai berpikir keras, namun aku tak sempat lagi berpikir seperti itu.
" Ayo ikut aku kedalam nak, akan kuperkenalkan kau pada kawan-kawanku.
Aku memasuki ruangan yang didalamnya ada sebuah joglo luas, disana terdapat meja dan tempat duduk yang cukup panjang. Kira-kira bisa duduki oleh sepuluh orang, ditengahnya ada satu tempat duduk yang terbuat dari ornamen-ornamen kuno. Aku melihat ada ukiran relief kuno juga. Disana aku juga melihat ada lima orang yang sedang duduk disana dengan sebuah peta nusantara yang luas. Apakah mereka membahas strategi tentang sesuatu? entahlah masih belum bisa kupahami itu.Â
" Selamat malam, saudara-saudaraku, maaf beberapa hari ini aku datang terlambat, aku terlibat suatu hal disana, kata pak tua itu sambil berdiri berjalan membibingku disana.Â
" Perkenalkan Franz, dia kemarin kutemukan dalam keadaan lemas disebuah daerah yang menjadi sasaran pembersihan itu, kata pak tua itu
Sontak kulihat beberapa dari orang-orang disana tiba-tiba terlihat marah, dan sebagiannya ada yang sedih. Aku masih belum memahami situasi yang kualami.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H