Ketika aku dan pak tua memasuki sebuah pelantaran yang sangat luas bak pelataran istana terlarang Peking ini suasana menjadi hening.Â
" Maaf menganggu latihan kalian, terima kasih sebelumnya atas kedatangan kalian disini, hal ini sungguh-sungguh membuatku semangat memperjuangkan kemerdekaan negera kita tercinta yaitu Nusantara, kata pak tua secara tegas kepada mereka.
" Selanjutnya kini akan kuperkenalkan kepada kalian Franz, mulai sekarang dia akan mengikuti kalian latihan di Cakra Buana ini, kata pak tua itu sambil menggandeng tanganku.
Aku seperti seorang anak yang tak tahu apa-apa saat itu, karena tiba-tiba harus mengahadapi suatu hal baru secara tiba-tiba.
" Apa maksudnya ini pak tua? Kataku berbisik kepadanya.
" Tidak apa, ikuti saja, lagipula kau tak punya tempat yang ingin kau tuju, katanya sambil sedikit tersenyum.
" Aku tahu kau pasti menghadapi hari yang berat beberapa hari yang lalu, dan pastinya kau korban pembersihan dari Nether.
Aku tak terlalu paham yang dikatakan pak tua itu, karena beberapa hari yang lalu yanh kuingat hanya aku amat sangat kelaparan. Namun aku tetap tak punya pilahan lain.Â
" Silahkan lanjutkan latihannya saudara-saudaraku, kata pak tua itu kepada mereka.
Kini aku mulai menerka-nerka, apakah pak tua itu seorang guru bela diri disini? Siapa sebenarnya dia?. Aku sangat penasaran akan hal itu, tampilannya tak ubah seperti seorang rakyat biasa. Kini aku mulai berpikir keras, namun aku tak sempat lagi berpikir seperti itu.
" Ayo ikut aku kedalam nak, akan kuperkenalkan kau pada kawan-kawanku.