Setelah itu mereka terlihat bercakap-cakap sambil ngomongke hal-hal ra penting, namun hal ini agaknya menjadi oase diantara mereka berempat. untuk menghilangkan stres karena kerja, mereka selalu ngumpul rutin. Hal ini rupanya telah dilakukan sejak lama oleh mereka berempat. Karena pada masa kuliah mereka sama-sama menimba ilmu di Universitas dan Fakultas yang sama, Cuma berbeda jurusan saja Pak Seno sebagai penjual di angkringan warisan bapaknya bersama si Lukas adalah teman angkatan, sedangkan Cikrak dan jarwo adalah adik angkatan mereka.
Tiba-tiba Jarwo ngomong, 'yowes bubar-bubar, kae lo ono sek arep tuku, guyon si Jarwo kepada teman-temannya.
"aku es teh karo sego kucing loro mas, ki cikrak tak bayari sisan wae mas, kata si Jarwo ke seno.
" Aku kopi siji karo sego kucing siji mas. kata cikrak.
" Peh akeh duek we wo, kata Seno ke Jarwo.
" Amin, alhamdulillah lagi ono rejeki ki mas, kata Jarwo.
" Hehe aku ngutang sik dap yo, ngko lak bar konser tak transfer, kata si Cikak sambil senyum ingah-ingih dikit kepada Jarwo.
" Oke sante wae, aku tak mangkat meneh ya lur, iki sek akeh sek krupuk e kudu diterke, kata si Jarwo ke kawan-kawannya.
Jarwo dan Cikrak walau sering terlihat saling ejek namun mereka sangat akrab, Jarwo tahu betul kawan satunya ini sering kehabisan uang, serta memiliki masalah keluarga di rumahnya.
Ejek-ejekan yang mereka lakukan hanyalah sebuah cara komunikasi diantara mereka, belakangan si Jarwo juga punya usaha dengan adiknya yaitu toko kelontong di rumah. uang yang ia kumpulkan dari jualan krupuk kelilingnya terus ia sisihkan, hingga bisa jualan kebutuhan rumah tangga di rumahnya.
Lukas dan Seno masih nimbrung bareng, karena Lukas sering mengadakan pertemuan dengan kliennya di angkringan Seno.