Sepasang senapan kau todongkan diwajahku
Tiada lagi ragu hari ini atau esok usaiku
Kuteguhkan pendirianku bersama kekasihku
Menerjang ombak, melipat tempat bergerilya di seluruh bagian negaraku
Luasnya negeri paman sam memberiku kesempatan demi kesempatan
Takdir Keberuntungan atau keselamatan
Entahlah aku tak peduli selagi aku bisa minum dan makan
Teruntuk sayangku kaulah pendampingku yang paling mengerti kerentanan
Kau peluk erat kerentananku dengan kehangatan
Kau ubah menjadi sebuah kekuatan
Tiga, lima, delapan, sepuluh, serdadu
Bisa unjuk kekuatan dihadapku
Dua revolver cukup untuk menghentikan kesombonganmu
Aku takkan kalah dengan persenjataan beratmu
Namun tiada disangka - sangka dulu
Nasib tiada yang tahu
Kini senapanmu hentikan kelakuan kekanak-kanakanku
Aku mengaku kalah
Aku mengaku lelah
Aku mengaku susah
Aku mengaku resah
Aku selesai sudah
Aku dan nya hanyalah salah satu dari dari sekian pecundang yang terlahir dari hancurnya tatanan hidup
Ahh tahun 1934 di musim panas itu sangat menggemberikan bagi kami kawanan pecundang yang kau ciptakan untuk hidup
Hilang tapi tidak terlupakan
Sebuah tulisan pada nisan
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI