Politik adalah sebuah jalan untuk memudahkan sesuatu, serta sebuah upaya untuk memudahkan tujuan seseorang atau kelompok demi mencapai tujuan. Segala aspek dalam peristiwa sejarah juga tidak mungkin bisa terlepas begitu saja dari politik yang digerakkan oleh sebagian kelompok atau seseorang.Â
Sebagai contohnya yaitu terpecahnya bangsa Indonesia pada era penjajahan sebelum abad 20. Campur tangan Belanda begitu kentara dalam pengambilan keputusan disetiap terjadinya sebuah kebijakan, yang akhirnya banyak menghasilkan kontroversial diantara masyarakat. Kerjasama antara pribumi yang berkhianat dengan pemerintah kolonial Belanda menjadikan susahnya jejak perjuangan pahlawan-pahlawan kita demi membebaskan diri dari cengkraman penjajah. Contoh lainnya yaitu di sebuah negeri nun jauh di Eropa. ketika kelompok barbar yang yang terdiri dari suku-suku Jermanik, ingin sekali membebaskan diri dari penguasaan bangsa Romawi. Kegagalan demi kegagalan selalu dialami suku-suku Jermanik tersebut.Â
Di sisi lain persatuan antar kelompok suku jermanik sendiri sempat terpecah belah ketika memutuskan siapa yang pantas menjadi pemimpin diantara suku-suku Jermanik. Hal ini sempat mengakibatkan terhambatnya perjuangan mereka dalam mengusir bangsa Romawi di wilayah suku Jermanik.Â
Apalah arti perjuangan apabila dalam sebuah kelompok tersebut terpecah belah, sebelum maju perang tentunya sudah kalah terlebih dahulu karena kurangnya persatuan dan kesatuan. Ibarat kita ingin bermain sepak bola dalam kesebelasan yang seharusnya memiliki persamaan tujuan, tetapi beberapa orang bermain sangat egois, tentunya memasukan golpun mustahil. Namun hal itu terhenti ketika salah satu diantara mereka diangkat menjadi pejabat di Kerajaan Romawi.Â
Pengangkatan pejabat dari pihak suku Jermanik oleh bangsa Romawi dilakukan tidak lain untuk meredam amarah pemberontakan suku-suku Jermanik yang selama ini menjadi momok mengerikan bagi bangsa Romawi. Salah satu pejabat yang dipilih tersebut ialah orang yang terkuat diantara suku-suku jermanik tersebut. Namun alih-alih tujuan pengangakatan ini untuk meredakan atau menjinakkan para pemberontak tersebut, tidak tahunya hal ini menjadi sebuah jalan perjuangan baru bagi suku Jermanik. Mereka para suku Jermanik merencakan sesuatu yang tidak disangka-sangka oleh bangsa Romawi.Â
Pejabat suku jermanik yang baru di kerajaan Romawi tersebut mencari informasi tentang kelemahan serta peluang mereka untuk serangan balik. Sampai akhirnya disuatu saat mereka mengembalikan keadaan disebuah perang yang sudah diatur sedemikian rupanya oleh para suku jermanik sendiri. Alih-alih pengangkatan pejabat dari suku Jermanik tersebut disangka menjadi serangan terakhir bangsa Romawi demi mematikan semangat juang para pemberontakan, malah menjadi bumerang bagi bangsa Romawi.Â
Informasi tentang jumlah prajurit, segala persenjataan serta pasokan sumber pangan telah dipelajari dan menjadi diskusi diam-diam diantara para suku Jermanik. kepercayaan bangsa Romawi terhadap bekas pemimpin bangsa Jermanik tersebut menjadi senjata makan tuan. Suku Jermanik yang diangkat Romawi menjadi pejabat diam-diam membagikan berbagai informasi penting dari bangsa Romawi kepada suku-suku Jermanik. Akhirnya dalam penyerangan yang tertata sedemikian rupa oleh suku Jermanik kepada bangsa Romawi di dalam sebuah penyerangan kehilangan orang-orang terpenting mereka disana, kemenananganpun berada dipihak suku jermanik.Â
Sisa-sisa bangsa Romawi yang masih hidup berlari dan melaporkan kejadian tersebut kepada pihak pusat. Akhirnya didalam sebuah penyerangan bangsa Romawi kepada sisa-sisa suku Jermanik disebuah tempat menjadi kedok atas tipuan belaka. Pada akhirnya bangsa Romawilah yang harus menggigit jari mereka sendiri ketika penyerangan itu menjadi sebuah penyergapan diseluruh sisi pasukan bangsa Romawi. Contoh-contoh yang saya tuliskan panjang lebar diatas, semata hanya untuk menjelaskan bahwasanya politik itu menjadi sebuah kekuatan yang nyata dibalik kekuatan militer. Saya pikir hal seperti ini harusnya dipahami oleh bangsa kita, yaitu bangsa Indonesia. Apabila salah dalam pengambilan keputusan maka banyak terjadi perpecahan.Â
Saya mulai sadar akan perpecahan ini ketika kita dihadapkan kepada pemilihan calon pemimpin masa depan. Hal ini walaupun terlihat remeh tapi, disela-sela jejak sosial media kita, serta aksi dan gerakan sudah terlihat nyata. Memilih ialah hak segala manusia, manusia berhak memilih jalannya sendiri-sendiri. Namun saya sebagai kawan sesama bangsa memberi tahu bahwa kefanatikan dalm pribadi manusia itu mampu mebutkan mata dan hati kita. Entah itu kubu A dan B, itu tidak jauh beda ketika mereka harus bersikukuh dengan pendapat mereka sendiri. Kita tidak mau mencari baiknya untuk kepentingan bersama seperti apa, namun banyak bersikukuh pada pendapat kelompoknya masing-masing.Â
Dalam pagelaran balap moto gp Mandalika 2022 yang baru-baru ini diselengarakan banyak dikiritik oleh pihak yang tidak setuju dengan balapan tersebut. Bahkan mereka harus saling menghujat disegala media sosial, mulai instagram, facebook, twitter dan youtube. Hal ini membuat kegelisahan sesorang yang mendukung even tersebut bukan dari pihak penyelanggaranya tetapi mendukung atas dasar nasionalisme kebangsaan menjadi geleng-geleng atas tingkah konyol tersebut.Â
Di even balapan E Prix Jakarta 2022 hal tersbut kembali terulang, alih-alih tidak mendungkung malah mengomentari buruk serta saling hujat dan egois dalam berpendapat. Pendukung nasionalis kebangsan atau sekedar penikmat yang berada ditengah-tengah kelompok tersebutpun harus menyaksikan saling lempar hujat yang sangat kekanak-kanakan.Â