Mohon tunggu...
suryo hadi kusumo
suryo hadi kusumo Mohon Tunggu... Penulis - Penulis dan pejuang seni.

saya hanyalah seorang pencinta seni dan pengkahayal, yang memiliki pikiran abstrak, serta mengabdikan diri kepada sebuah seni.

Selanjutnya

Tutup

Seni

Nafas Kehidupan Seorang Seniman

10 Januari 2023   19:16 Diperbarui: 10 Januari 2023   19:20 174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seni. Sumber ilustrasi: Unsplash

Vincent Van Gogh merenungi nasibnya yang hanya tinggal beberapa bulan lagi, sambil menikmati pemandangan pedesaan di malam hari. Kita tentunya sudah tidak asing dengan karya-karya Vincent Van Gogh yang sangat indah sekaligus menakutkan pada sisi lainnya. Namun kita coba pisahkan antara sang tokoh dan karyanya, tidak bisa dipungkiri lagi bahwa lukisan-lukisannya membawa dampak yang begitu besar bagi seniman pada era setelahnya.

Edgar Allan Poe dengan kisah-kisahnya yang sangat mencekam, juga memberikan dampak atas pembaharuan dalam sastra genre horror- detektif. Pada saat sastrawan sezamannya menulis tentang romantisme zaman, ia dengan percaya dirinya menuliskan sebuah karya 130 derjat terbalik dengan tren popular saat itu.

Osamu Dazai dengan karyanya yang bertutur tentang pertarungan manusia melawan takdirnya juga merubah gambaran sastra Jepang dari tradisionalis menuju modern.

Franz Kafka dengan gambaran kelam sekaligus membingungkan juga mampu memercikan api semangat para sastrawan lainnya untuk mampu merubah cara pandang terhadap sastra.

Terakhir H.P Lovecarft dengan absurditas ceritanya yang terinspirasi dengan kisah-kisah pendek Edgar Allan Poe mampu mentransformasikan sebuah kengerian serta ketakutan terdalam pada jiwa manusia dalam bentuk yang mengerikan. Manifestasi ketakutan itu berubah menjadi sesosok monster yang menjadi legenda pada film-film di era setelahnya.

Mengutip perkataan dari Leo Tolstoy "manusia memiliki kecenderungan menirukan alam semesta", maksudnya ialah manusia ingin menggambarkan sebuah keindahan sekaligus keburukan yang terjadi di dunia ini. Bentuk paling lumrah yang terjadi ialah keindahan alam pegunungan ditiru dalam bentuk lukisan. Pahlawan fiksi dalam epos maupun film memanifestasikan keinginan manusia berbuat baik, sedangkan musuh para pahlawan memanifestasikan keburukan serta kerakusan manusia. Antara keinginan baik selalu bertentangan dengan keinginan yang sebaliknya, entah itu kendalanya sebuah tuntutan kehidupan atau bahkan sifat tamak manusia.

Para tokoh-tokoh yang saya sebutkan diatas mereflesikan pengalaman indrawi mereka kedalam sebuah wujud yang bisa mereka bagikan kepada manusia lainnya. Sehingga terciptalah sebuah tulisan, musik, lukisan, dan drama yang menjadi wujud dari buah dari pemikiran yang merefleksikan akan semesta dan fenomenanya yang terjadi.

Dalam bidangnya masing-masing mereka memanifestasikan apa yang ia alami secara langsung maupun tidak langsung serta menciptakan sesuatu darinya. Proses penciptaan ini tentunya butuh waktu dan tenaga yang banyak. Maka kerapkali kita temukan mereka memiliki sifat-sifat yang unik, karena dari sekian banyak manusia tentunya hanya beberapa yang bisa mewujudkan buah pemikiran mereka kedalam sebuah karya yang abadi.

Maka ketika keseriusan mereka dalam pencarian ide itu keluar, hal-hal yang terkait dengan kehidupan pribadi mereka agak terabaikan. Dalam susahnya pola berjalannya dunia waktu itu membuat karya mereka lama dipahami oleh sebagian orang.

Perlu kita pahami bahwa manusia bergerak menurut kehendak lingkungan serta alam pikiran bawah sadranya. Antara alam pemikiran bawah sadar dan kehendak lingkungan selalu menunjukkan perbedaan. Kolaborasi diantara keduanya dimungkinkan, namun ada sisi yang selalu tidak terjamah. Sisi yang tidak terjamah itu hanya menjadi impian yang tinggal didalam pemikiran belaka, entah tertidur sampai kapan impian tersebut.

Akhinya kita menyadari satu hal, bahwasanya manusia hidup tidak melulu tentang memenuhi kebutuhan hidup kita sehari-hari. Namun perlu kita tegaskan, bahwa hidup yang diberikan secara Cuma-Cuma ini harus bisa dimanfaatkan sebaik mungkin. Kita pelihara tubuh dan pikiran kita, kita selaraskan mereka sebisa mungkin. Kita doakan mereka untuk memunculkan sugesti-sugesti positif, seraya kita menikmati kehidupan kita dengan cara berbagi dengan apa saja yang kita miliki. Menikmati sebuah warna kehidupan yang terkadang absurd ini juga membutuhkan sebuah imajinasi.

Para tokoh-tokoh yang kita kenalpun mengalami nasib yang sama, namun dengan alur yang berbeda-beda. Untuk lebih memahami pemikiran tentang seni, selanjutnya penulis akan menghadirkan sebuah ringkasan pemikiran Leo Tolstoy dalam karyanya "Apa Iitu Seni?".

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun