Mohon tunggu...
suryo hadi kusumo
suryo hadi kusumo Mohon Tunggu... Penulis - Penulis dan pejuang seni.

saya hanyalah seorang pencinta seni dan pengkahayal, yang memiliki pikiran abstrak, serta mengabdikan diri kepada sebuah seni.

Selanjutnya

Tutup

Music Pilihan

"The Rain Song" Bukan Sekedar Jawaban untuk George Harrison Belaka

9 Januari 2023   10:36 Diperbarui: 13 Januari 2023   13:22 883
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam album "Houses of the Holy" yang dirilis pada tahun 1973 terdapapat lagu berjudul "The Rain Song". Lagu ini tidak seperti lagu-lagu lainnya milik Led Zeppelin yang bernuansa Hard Rock, namun lebih bernuansa Ballad.

Lagu "The Rain Song" ditulis sebagai tanggapan atas perkataan mendiang George Harrison kepada mendiang John Bonham sebagai drummer Led Zeppelin, bahwasanya mereka tidak memainkan lagu yang bernuansa ballad.

Perkataan ini dibalas oleh Led Zeppelin dengan menciptakan lagu berjudul "The Rain Song". Lagu ini ditulis oleh keempat member Led Zeppelin.

Tidak tanggung-tanggung komposisi music di dalam lagu "The Rain Song" juga diciptakan bersama-sama oleh keempat member tersebut.

Robert Plant sebagai vokalis menuturkan bahwasanya vocal yang dimasukkan dalam lagu ini ialah suara vokal Robert Plant yang paling indah tuturnya.

Lagu ini diawali dengan petikan gitar yang pelan dari G5 menuju GMaj, setelah itu permainan gitar berlanjut sampai suara Robert Plant masuk. Setelah suara Robert Plant dan iringan gitar Jimmy Page menyatu dengan harmonisasi yang indah, suara melotron yang dimainkan John Paul Jones masuk secara halus dan perlahan mengikuti suara gitar. Menuju akhir tidak ketinggalan John Bonham sang pengebuk drum meramaikan musik dengan gebukannya yang dalam dan keras.

Berikut ada penggalan lirik dari lagu ini :

Verse 1

It is the springtime of my loving

The second season I am to know

You are the sunlight in my growing

So little warmth I've felt before

It isn't hard to feel me glowing

I watched the fire that grew so low, oooh, oh

Tafsir pada verse pertama kira-kira seperti ini :

Pada hakikatnya manusia mengalami apa yang dinamakan dengan kesepian, kebahagiaan dan keterpurukan. Jika kita melihat kehidupan romantic seseorang dengan kacamata empat musim. Maka pada musim dingin, seseorang mengalami kesepian dan keterpinggiran. Setelah memasuki musim semi mulailah bermekaran cinta yang sangat dalam. 

Api cinta tumbuh secara perlahan tapi pasti, itulah perkembangan cinta. Kadang kita harus mengalami kesepiaan yang sangat dingin dan mencekam terlebih dahulu. 

Kita harus mampu melewati masa-masa kelam, merasakan panas dimusim panas dan merasakan perasaan melankolis di musim gugur. Kita harus mampu menerima dingin dan panas secara bergantian, sebelum akhirnya kita memberikan kehangatan bagi seseorang.

Lagu ini menunjukkan eksistensi Led Zeppelin sebagai band, bukan hanya memainkan lagu bernuansa Hard Rock saja, namun seperti layaknya "Stairway to Heaven" bisa memainkanlagu ballad dan rock secara bersamaan. Pada tahun-tahun setelahnya Led Zeppelin bertranformasi menjadi raksasa band Hard Rock yang hampir merajai ranking 10 besar hampir diberbagai media. Lagunya dielu-elukan, dipuji namun juga dikritik.

Perkenalanku dengan lagu-lagu Led Zeppelin menyadarkanku bahwasanya lagu ballad tidak harus melulu ballad dari awal sampai akhir lagu. Namun bisa dikolborasikan sehingga tercipta harmonisasi musik yang indah.

Sungguh-sungguh indah bahwa ada seseorang yang membawakan lirik berat namun dengan nuansa ringan. Ada juga yang membawakan lirik ringan dengan musik berat.

Ada yang lantang menyanyikan lagunya dengan suara decitan gitar seakan-akan menggambarkan sebuah kesedihan yang dalam, namun dalam frame rock n roll, heavy metal, grunge, trash. Musik dengan nuansa sedih tidak harus dinyanyikan lewat lirik yang eksplisit, namun lewat nuansa lagunya yang berantakan, tak beraturanpun bisa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun