Kali ini mc memanggil kami untuk naik panggung, nama kelompok kami seaneh kami berdua yaitu "Revolver and the Blackbird. Sungguh nama yang aneh karena dua hari sebelum tampil nama itu dengan sembarangan kami temukan.
Panggung serasa menakutkan dari bawah, namun ketika aku naik diatasnya dengan pandangan penonton yang banyak nuansa energi takutpun hilang.
Kami berbincang - bincang dengan ahli sound systemnya sejenak untuk menyesuaikan suara yang keluar dari sound. Aku mulai sibuk mengotak atik tune gitar listrikku. Sementara kawanku yang mempersiapkan gitar yang ia bawa dari kos tidak tahunya tak terpakai, karena direkomendasikan untuk memakai gitar akustik listrik milik panitia. Â
Juri dan mc telah memberikan tanda. Kami segera memperkenalkan diri sejenak. Aku melihat kawanku masih sibuk dengan volume gitarnya sebelum aku memulai bernyanyi. Setelah selesai ia memberikan kode untuk langsung saja mulai. Aku langsung memulai intro lagu "Yogyakarta" yang dengan susah payah kami aransemen.Â
Dilanjutkan dengan memasuki lirik sampai memasuki pertengahan aman. Namun anehnya aku tidak terlalu bisa mendengar suara gitar akustik milik kawanku. Menjelang melodi aku mempersiapkan ingatan petikan-petikan gitarnya diotakku terlebih dahulu. Melodi gitar dari "Yogyakarta" terdengar lancar-lancar saja. Namun ketika aku akan menyudahi melodi gitarnya seperti yang kami sepakati. Tidak tahunya kawanku terus mengiringinya dengan rhytem.Â
Aku merasa bingung, karena aslinya sudah selesai. Akhirnya aku berimprovisasi dengan tidak rapinya, sambil lirih memanggil kawanku. Namun sekali lagi kawanku, seperti sibuk dengan rhytemnya.Â
Lalu terpaksa aku berhenti, seraya perlahan memanggil namanya. Penonton bertepuk tangan dengan riuh dan gembirnya. Entah bertepuk tangan untuk kekonyolan kami atau performa kami.
Pada lagu yang terakhir dimainkan dengan aman, namun tak serapi di latihan kami sebelumnya.
Akhirnya kami mengakhiri lagu kami sambil ucap salam.
Ini pengalaman yang menururku konyol namun memorable sekali. Aku dengan tekad nekatku, sedangkan kawanku baru belajar gitar lagi setelah sekian lama. Agaknya kami adalah sebuah kombinasi yang cocok untuk melakukan lelucon daripada bermusik.
Memang musik yang kami perdengarkan penonton agakanya memanfgterasa sangat kurang sekali. Namun pengalaman yang kami dapat diatas panggung dengan segala kekonyolan yang kami tidak sengaja lakukan. Menjadi sebuah pengalaman yang berkenang dalam perjalanan hidup kami.