Pihak perusahaan dalam hal ini PT LAJ sudah lama punya komitmen untuk memberikan bantuan kesehatan kepada Orang Rimba.
Dimas Sanjaya, Social Affairs and Smallholders Assistant PT LAJ mengatakan, perusahaan bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Tebo dalam hal ini mereka mengandeng Puskesmas Desa Suo suo.
Perusahaan memfasilitasi tanggap darurat di bidang kesehatan. "Misalkan ada Orang Rimba yang mendadak sakit atau sakit lebih dari 2 minggu biasanya kita bantu untuk fasilitasi berobat ke Puskesmas Suo-suo. Selain itu kalau ada fasilitas kesehatan dari pemerintah, LAJ bantu siapkan tempat," kata Dimas.
Misalnya dalam kegiatan yang digelar pada 23 April lalu, kelompok kerja Suku Anak Dalam, Tim Resolusi Konflik PT LAJ dan PT Wanamukti Wisesa bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Kabupaten Tebo, Puskesmas Suo-Suo, dan Puskesmas Pulau Temiang melakukan kegiatan pelayanan kesehatan terhadap kelompok Orang Rimba yang dipimpin Hasan, Buyung, dan Bujang Kabut.
Perusahaan dan Pemerintah menggelar kegiatan ini langsung di rumah Tumenggung Buyung, Hasan, dan Bujang Kabut. Dalam kegiatan ini dilakukan imunisasi balita, pencegahan malaria, dan pelayanan kesehatan umum.
Untuk meningkatkan pelayanan kesehatan pada Orang Rimba, pihak perusahaan dan pemerintah mengadakan pengobatan periodik secara bulanan.
Koordinator Komunitas Konservasi Indonesia (KKI) Warsi di kawasan Bukit Tigapuluh Haryanto menjelaskan, selama ini kehidupan Orang Rimba tidak terlepas dari berburu dan bercocok tanam dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Namun, akibat perubahan ekologi di lingkungan sekitar, memaksa Orang Rimba untuk beradaptasi.
Melingkupi aspek kesehatan, tidak ada standard baku bagi Orang Rimba.. Tiap kelompok bisa saja melakukan kebiasaan yang berbeda. "Ada yang makan sehari sekali, ada yang dua kali. Ada yang tiga kali," Â kata Hatyanto.
Apalagi, kata Haryanto, dengan kondisi saat ini, pengetahuan dan pengalaman juga membedakan kebiasaan mereka. "Misalnya kelompok yang sudah stabil tinggal di desa atau di perumahan sosial terlihat sedikit lebih bersih karena sering berinteraksi dengan orang luar," kata dia.
Namun, pada dasarnya kebiasaan mereka sama terkait urusan kesehatan. Menurut mereka penyakit itu datang dari hilir atau dari orang luar.
Untuk pengobatan, kata Haryanto, mereka masih menggunakan obat tradisional. Atau dengan bantuan dukun. "Ada juga cara pencegahan penularan penyakit dari mereka yaitu isolasi sosial (besesandingon). Memisahkan yg sakit dari kelompoknya agar tidak tertular," kata Haryanto.