Tiba-tiba mata menetes darah
Mengalir dengan sangat parah
Kuusap dengan jemari yang tlah patah
Karena rindu yang kini kusembah
Esok, aku kan mengalah
Tak kan lagi kutulis nama indah
Juga tak kan melihat sejarah
Dan tak mendengar lirihnya resah
Kita berjuang bersama
Mengikuti alur yang digugah
Terima kasih atas bantuan cuma-cuma
Tanggung jawab yang tak lagi lincah
Kupecahkan sunyi dengan senyum merekah
Kausambut dengan mata yang dilanda dilema
Kala kata enggan berziarah
Bagiku, Kau selalu pandai menarik sang purnama
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H