Menyayat hati saat kita melihat Bapak yang saat panasnya matahari menyengat, Beliau tertidur pulas di emperan toko yang tutup. Yang dijual adalah beberapa hiasan dari tanah liat yang pastinya berat dibawa dengan sepeda. Belum juga orang yang belum tentu tertarik dengan dagangan itu atau memang tidak butuh. Sudah berat beban hidup ditambah berat barang yang dibawa.
Ada juga Bapak yang berjualan kue buatan sendiri berjalan dari kota ke desa untuk menjajakan dagangannya dengan berjalan kaki dan saat matahari sedang panas-panasnya. Sudah keliling kampus pun, belum ada yang tertarik membeli. Membawa sebuah tas dan nampan berisi dagangannya.
Si adik yang seumuran SMA berdagang koran yang jumlahnya masih lumayan banyak saat petang hari, berkeliling di lampu merah dan belum ada yang membeli. Juga Bapak penjual bensin eceran yang tertidur karena belum ada yang membeli, walau di jalan raya yang ramai.
Sama-sama berjalan dan berpanasan, tapi beda kasus dengan yang bawah ini. Kasus tadi adalah berjualan dan belum laku, yang ini adalah si Ibu yang masih sehat tapi meminta uang di setiap rumah yang Ia jumpai.
Ada juga seorang Bapak yang meminta di lampu merah dan diberikan uang oleh pengguna jalan di sampingnya, rupiah yang didapat juga lumayan. Aku sempat mengintip rupiahnya karena uangnya terjatuh dan diambilkan oleh pengguna jalan yang juga memberikan uang tambahan.Â
Mereka mungkin lewat di jalan yang sama, tapi belum tentu sejalan dalam mencari rezeki. Ada yang menjual, dan ada yang meminta. Kalian mau bantu yang mana?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H