Mohon tunggu...
Yovita Nurdiana
Yovita Nurdiana Mohon Tunggu... Penulis - Purchasing, pembaca mata dan penulis nama seseorang di setiap tulisannya

Membaca sambil mendengarkan musik favorit

Selanjutnya

Tutup

Financial

Uang, Menarik Bukan?

5 Oktober 2024   13:34 Diperbarui: 5 Oktober 2024   13:36 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kursi depan banyak yang kosong (sumber gambar : dokpri)

Pada hari Jumat, 4 Oktober 2024 diadakan Seminar Keuangan dengan judul "Cerdas Atur Uang Keluarga" di Ruang Kepodang PT Kanisius Yogyakarta. Acara tersebut dimulai pukul 13.30-15.00 dengan nara sumber Ibu Stella Maxda, CFP.LDP, founder KelolaDuit dan Qualified Financial Educator.

Acara tersebut diikuti oleh hampir semua karyawan baik di Yogyakarta maupun luar kota (kantor cabang), baik yang masuk kerja di jam tersebut atau yang masih di rumah jika mereka bekerja shift. Selain datang langsung ke Ruang Kepodang, peserta juga bisa mengikuti seminar via zoom di rumah atau di kantor jika tidak memungkinkan datang langsung.

Kursi depan banyak yang kosong (sumber gambar : dokpri)
Kursi depan banyak yang kosong (sumber gambar : dokpri)

Meski seminar ini merupakan undangan untuk semua karyawan, ada beberapa karyawan yang tidak bisa mengikuti secara keseluruhan karena perkerjaan yang mendesak dan harus dilakukan di luar kantor. Tapi sepertinya masih belum ada semangat dari peserta untuk mengikutinya, karena sebagian besar karyawan duduk di bagian belakang, sehingga kurang fokus untuk memperhatikan nara sumber atau membaca materi yang mungkin menurut beberapa orang tulisannya kurang besar.

Muncul pertanyaan oleh salah satu karyawan, apa alasan nara sumber menjadi pembicara tentang keuangan. Nara sumber cerita bahwa berdasarkan kisah pribadi di masa lalu yang menyangkut keuangan. Saat Beliau belum mempunyai penghasilan sendiri dan hanya bergantung suami, malah sang suami dikeluarkan dari pekerjaan di saat Beliau sedang hamil anak kedua.

Suami sedang bekerja di luar negeri dan selama beberapa hari belum ada kabar apakah masih sehat atau tidak, karena sang suami bekerja di tempat yang sedang terjadi konflik seperti bom dan sebagainya. Beliau malah menganggap suami sudah tiada, lalu berusaha bekerjasama dengan tetangga dan Ibu yang pandai memasak untuk membuka jasa catering, hingga akhirnya menjadi perintis bisnis keuangan.

Hal utama yang berhubungan dengan keuangan adalah FOMO (Fear of Missing Out). Kita ingin menjadi seperti orang lain, seperti gaya hidupnya di mana ponsel yang kita miliki harus sama dengan orang lain. Kita ingin dilihat oleh orang lain, jadi hanya ikut-ikutan apa yang dilakukan orang lain.

Uang tidak dibawa mati, tapi jika tak ada uang, serasa akan mati. Begitu yang biasa ada dalam pikiran manusia. Hal lain sebagai contoh, orang tua ingin anaknya sekolah di sekolah orang lain hanya karena gengsi.

Kebutuhan dan keinginan harus ditegaskan, apa yang diinginkan belum tentu dibutuhkan. Beli ponsel bagi seorang content creator adalah kebutuhan. Beda dengan kita yang bukan content creator membeli ponsel yang sama hanya untuk kepunyaan saja.

Poster undangan seminar (sumber gambar : dokpri)
Poster undangan seminar (sumber gambar : dokpri)

Ada beberapa keresahan yang melanda, antara lain :
Pay later

Tentu bisa membuat belanja menjadi lebih mudah, tak perlu pergi, hanya dengan ponsel. Hal yang mudah dan kecil tersebut jika berlangsung beberapa kali dan tak ada catatan, tidak terasa di akhir jumlah tagihannya sungguh luar biasa besar.

Pinjaman Online

Di awal memang membantu, apalagi pasti bisa diproses, beda dengan pinjaman di bank, tapi akhirnya bisa mengerikan sekali.

Investasi

Kita harus tahu apakah itu investasi sungguhan atau bukan? Kita harus banyak belajar soal investasi. Jika hasilnya tinggi, tidak mungkin investasinya rendah, jadi hati-hati, sudah banyak yang tertipu.

Ada di antara kami yang pernah tertipu dengan investasi seperti itu, sudah keluar banyak uang, tapi tidak bisa kembali dan hanya bisa menangis meratapi nasib.

Jika ingin mencari pendapatan tambahan, dilakukan saat masih produktif atau bekerja. Jadi jika pensiun nanti atau ada sesuatu yang membuat kita tidak lagi punya penghasilan utama, kita masih punya penghasilan. Kita tinggal menikmati hasilnya.

Konsumtif itu dilakukan seumur hidup, sejak kita lahir, yang dibiayai oleh orang tua kita, tetapi produktif terjadi setelah orang pensiun, rata-rata usia 60 tahun. Kelola uang tidak harus irit dan menabung, beli tidak salah kok. Intinya jika kita membeli, jangan ada rasa salah di akhir.

Pendapatan yang sudah ada wajib dijaga agar berkelanjutan, syukur jika bisa dikembangkan. Pengeluaran juga wajib kita kelola. Sekali lagi, ditegaskan antara mana yang butuh dan mana yang ingin. Kita juga diwajibkan disiplin dalam mengontrol diri.

Apa saja yang harus kita sisihkan? Yaitu pajak, charity (bisa pakai rekening berbeda atau kantong digital), cicilan utang, asuransi (minimum 10% dari pendapatan) dan investasi (minimum 10% dari pendapatan). Utang bisa produktif, bisa juga konsumtif. Utang maksimum adalah 35% dari pendapatan, terdiri dari 15% utang konsumtif dan 20% utang produktif).

Apa saja yang kita sisakan? Yaitu kebutuhan hidup dan gaya hidup. Muncul pertanyaan dari salah satu karyawan berapa jumlah dana darurat? Nara sumber menjelaskan jumlahnya 3 sampai 12 kali dari jumlah pendapatan, agar jika terjadi hal yang tidak diinginkan, kita bisa bertahan 3 sampai 12 bulan ke depan sambil mecari penghasilan lain.

Peserta yang antusias bertanya adalah peserta yang tidak di tempat, yang mengikuti via zoom. Acara selesai pun masih ada pertanyaan yang belum sempat dijawab. Uang memang tema yang sangat menarik ya? Tapi lebih menarik peserta yang tidak sedang di tempat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun