Mohon tunggu...
Yovita Nurdiana
Yovita Nurdiana Mohon Tunggu... Penulis - Purchasing, pembaca mata dan penulis nama seseorang di setiap tulisannya

Membaca sambil mendengarkan musik favorit

Selanjutnya

Tutup

Diary

Melihat Tak Harus dengan Mata

2 Oktober 2024   13:57 Diperbarui: 2 Oktober 2024   13:59 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Pada dini hari, seorang Ibu membawa seorang anak yang sudah dewasa. Yang membuat aneh, si anak menempel pada Ibu. Apa yang terjadi? Tenyata mereka berasal dari luar kota dan ingin beribadah pagi. Nampak mereka tidak tahu pintu masuk ke tempat ibadah itu dan bertanya pada penjaga di situ. Walau mereka dari luar kota dan si anak memiliki kekurangan, yaitu tak bisa melihat dengan mata, tapi si anak tersebut pandai memainkan alat musik dan sudah sering melayani dengan cara mereka yang seperti itu.

Tak berapa lama, aku melihat Bapak penjual kue bersama istrinya di jalan. Suasana masih terlihat romantis ya, walau Bapak tak bisa melihat dengan mata tapi bersedia berjualan dengan istri walau dagangan mereka tidak selaris penjual di dekatnya.

Lalu dua orang Bapak yang berjualan camilan, yang satu keliling dan yang satu diam di emperan toko. Bapak lain berjualan kerupuk di suatu pom bensin. Bapak penjual kerupuk dan camilan tersebut juga tak bisa melihat dengan mata.

Baca juga: Matamu Duniaku

Aku tertarik dengan salah satu Bapak penjual camilan berkeliling itu. Saat aku memanggil untuk membeli di jalan kampung, Bapak memintaku agak maju karena tepat di depan Bapak itu jalanan tidak rata, takut aku jatuh. Wah hebat ya Bapak, aku malah tak sadar, padahal hampir tiap hari lewat daerah itu. Ternyata aku yang bisa melihat dengan mata belum tentu sadar tentang apa yang dilalui walaupun sering menemui. Malu juga, ternyata Bapak lebih hebat dariku.

Orang-orang yang aku temui itu hebat, walau tak bisa melihat dengan mata, tapi masih bisa melihat dengan cara lain dan masih bisa membantu sesama. Tidak semua kekurangan itu menjadi kurang, malah bisa menjadi kelebihan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun