Kami menuju hotel dan istirahat. Pagi harinya, aku membuka jendela kamar, aku kaget, baru ini, sudah jam 07.00 waktu setempat tapi masih sangat gelap, kalau di Indonesia mungkin masih pukul 04.00. Kami sarapan di hotel dengan menu khas Malaysia seperti bubur Malaysia dengan rasa yang agak aneh di lidah, mie rempah seperti sebelumnya di Singapura dan roti bakar.Â
Kami hendak menuju Kuala Lumpur dengan jalur darat. Selama dalam perjalanan, aku sedikit tertawa melihat beberapa nama jalan atau nama tempat yang unik. Kadang aku bertanya dalam hati, apa arti dari nama tempat itu.Â
Perjalanan ke ibu kota memakan waktu sekitar tujuh sampai delapan jam. Kami menuju ke Istana Negara Malaysia. Di sana, kami tak boleh masuk, hanya bisa berfoto di dekat gerbang saja.Â
Ada penjaga dan ada kuda yang dinaiki penjaga, tapi kami tak boleh menyentuh kuda. Ada juga jalan kecil, yang ternyata jalur kuda dan kami tak boleh lewat jalan itu.Â
Kami menuju ibu kota dengan melewati perkebunan sawit sepanjang jalan, dan kalau di Indonesia mungkin seperti jalan tol.Â
Kami tiba di Melaka, di mana terdapat sebuah gereja di sana. Kami sempat masuk dan berfoto di luarnya. Lalu kami mampir di toko serba cokelat.Â
Kami hendak ke toilet, sambil tanya ke tour guide. Beliau memberi info lokasi toilet yang agak sembunyi dan tak ada petugas, jadi kami harus jujur untuk meninggalkan uang di meja tersedia sesuai jumlah yang tertulis di sana. Seperti toilet kejujuran begitu.Â
Ada juga becak hias di sana. Lokasinya di sebelah sungai, di mana banyak penjual yang berjualan di tepi sungai, salah satunya adalah bar. Di tepi jalan, ada toko pakaian, minimarket dan toko barang kuno.Â
Jika ada yang butuh toilet saat perjalanan, bus mampir ke toilet pinggir jalan di mana depannya pedagang berjualan menu yang sama, yaitu camilan, asinan buah, es teh dll.Â