Mohon tunggu...
Yovita Nurdiana
Yovita Nurdiana Mohon Tunggu... Penulis - Purchasing, pembaca mata dan penulis nama seseorang di setiap tulisannya

Membaca sambil mendengarkan musik favorit

Selanjutnya

Tutup

Diary

No Comment

9 September 2024   12:54 Diperbarui: 9 September 2024   13:40 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi no comment emoji icon (sumber gambar : vecteezy.com)

Aku tak pernah menyangka, kejadian ini terulang kembali. Setelah aku dihapus sebagai teman oleh pria yang pernah ku idamkan, ini dihapus sebagai teman oleh pria yang tak lain adalah teman dekat sekaligus atasan dari pria yang sebelumnya itu. Yang dulu, aku dihapus sebagai teman dalam salah satu akun media sosial dan di kenyataan, Ia juga selalu menghindar dariku.

Untuk yang saat ini, aku tak tahu sejak kapan Ia menghapusku dari akun media sosial, karena aku tak pernah sadar. Aku tersadar saat mencari namanya di media sosial itu dan ternyata kami tidak saling mengikuti. Pantas saja, selama ini aku tak lagi melihat postingan atau story di media sosial itu. Aku sempat berpikir, kenapa lagi ini? Salah apa aku?

Aku tak pernah melihat postingannya sekitar dua bulan lalu, tepat setelah aku dan pria sebelumnya tidak berteman lagi. Aku sadar, aku pernah komentar di postingannya tapi tidak direspon sampai saat ini. Jadi ini jawabannya. Apakah karena kekasihnya? Sama halnya, cemburu?

Baca juga: Lagi dan Lagi

Kalau memang demikian, mengapa tak jujur? Apa karena tidak enak? Aku lebih baik Ia berkata jujur daripada aku tak tahu apa salahku. Lebih baik jujur walau menyakitkan, tapi kita tahu salah kita dan berusaha tidak mengulangi. Kami sering ketemu dan Ia tak pernah cerita. 

Aku sungguh tak enak padanya. Padahal aku hanya berkomentar positif, tahu gitu aku tak pernah komentar padanya atau Ia bisa mematikan di pengaturan agar orang lain tidak bisa memberikan komentar.

Baru komentar sekali langsung dihapus begini. Adakah yang punya cerita yang sama dengan kami? Jika tidak ada, semoga tidak akan ada, kita harus pilih-pilih untuk memberikan komentar atau malah tidak komentar sama sekali. Aku sungguh menyesal. Aku minta maaf jika memang begitu ceritanya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun