Mohon tunggu...
Yovita Nurdiana
Yovita Nurdiana Mohon Tunggu... Penulis - Purchasing, pembaca mata dan penulis nama seseorang di setiap tulisannya

Membaca sambil mendengarkan musik favorit

Selanjutnya

Tutup

Diary

Panas? Pilih atau Hindari!

7 Agustus 2024   16:11 Diperbarui: 7 Agustus 2024   16:13 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Gimana rasanya kepanasan? Biasa saja? Atau benci lalu menghindari? Pilihlah sesuka hati! Ada orang yang sudah biasa kepanasan, jadi biasa saja, bahkan sudah bersahabat dengan panas dan memang harus mau, demi apa yang hendak dicapai atau dituju. Entah sekedar main atau bekerja untuk kehidupannya atau bersama keluarga tercinta. 

Beberapa waktu lalu, aku mendengar obrolan anak muda yang masih sekolah, salah satu mengajak yang lain untuk main ke mall, yang jaraknya sekitar sepuluh km dari rumahnya. Sang anak yang diajak tidak mau dan mengeluh, karena saat itu sekitar jam 12.00, dan anak itu menolak karena tidak mau kepanasan.

Siang hari, aku sedang berada di warung makan, lokasi tempat duduk ada di luar dan di dalam rumah. Yang di luar, tetap ada atap yang menutupi, hanya langsung dekat dengan parkiran dan jalan. Posisi tempat duduk luar kosong, aku tak tahu kenapa, padahal menurutku lebih nyaman karena terkena angin segar dan terang. Waktu itu, ada sepasang muda-mudi datang hendak makan di tempat, sang pria mengajak duduk di tempat duduk luar, tapi sang wanita menolak, karena tak mau kepanasan, aku mendengar apa yang dilontarkan sang wanita. Pria itu lalu menuruti permintaan wanita. Mereka lalu duduk di dalam rumah.

Setelah kejadian itu aku berhenti di sebuah jalan raya, untuk membalas pesan sejenak, aku berhenti di depan sebuah resto. Aku melihat ada tukang parkir yang sudah lanjut usia mencari rezeki di resto tersebut. Aku belum melihat orang memberikan rupiahnya untuk sang Bapak. Di bawah terik matahari si Bapak memakan bekalnya, terlihat kotak makan, yang mungkin dibawa dari rumah. Beliau melahap makanan itu di parkiran, tetapi membelakangi kendaraan. Aku yakin, Bapak tidak peduli jika ada motor atau mobil yang hendak keluar atau masuk, karena fokus dengan makan, kemungkinan uang juga tidak didapat kalau tidak fokus ke kendaraan. Jam makan Beliau pun mundur, sekitar jam 14.00. Mungkin, makan lebih penting daripada uang yang sedari tadi belum didapat, padahal sudah berjam-jam kepanasan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun