Mohon tunggu...
Yovita Nurdiana
Yovita Nurdiana Mohon Tunggu... Penulis - Purchasing, pembaca mata dan penulis nama seseorang di setiap tulisannya

Membaca sambil mendengarkan musik favorit

Selanjutnya

Tutup

Horor Pilihan

Penta Perkara Terlintas di Kepala

21 Juli 2024   23:07 Diperbarui: 21 Juli 2024   23:57 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tidak selamanya kita bersama orang yang kita cintai. Kalimat itu selalu terngiang di kepalaku, kalimat yang selalu dilontarkan kakak padaku sewaktu Beliau masih hidup di dunia. Tapi sampai saat ini, Beliau enggan meninggalkan dunia manusia, masih berkeliaran di dunia manusia karena sebuah dendam. Aku memiliki indera keenam, sehingga aku bisa melihat Kak Bima, bahkan komunikasi dengannya. Kakak belum puas jika belum membalas dendam. Dendam apa? Sebuah pembunuhan yang mengakibatkan Kak Bima bunuh diri.

Berawal dari kehilangan sang istri untuk selamanya, karena dibunuh dengan cara yang biadab. Dipenggal kepalanya oleh seorang laki-laki yang menaruh dendam pada istri Kak Bima.
Suatu malam, Kak Santi, istri Kak Bima tak sengaja bertemu Nugi, seorang pemabuk yang tak lain dan tak bukan adalah adik kandung dari Sora, teman Kak Santi yang meninggal karena unsur tak sengaja. Kepala harus diganti kepala. Masalah apa?

Perkara pertama

Perkara ini terlintas di kepala. Saat berada di sebuah proyek, Kak Santi tak sengaja menjatuhkan beban, yaitu sebuah balok dari semen yang waktu itu diangkat dengan alat berat untuk dipindahkan. Tapi saat alat belum sampai sasaran, Kak Santi menekan tombol lepas. Sungguh tak sengaja, karena Beliau ditabrak seorang pria yang lari karena mengejar tamu yang hendak masuk area berbahaya. Naas, Sora berada tepat di bawah balok yang terjatuh itu, dan balok itu mengenai kepala Sora hingga tewas. Kepalanya sudah tak berbentuk, hancur berantakan. Tubuhnya pun juga tak karuan, darah berceceran di mana-mana. Kak Santi pingsan di tempat kejadian. Begitulah kira-kira ceritanya.

Sebuah kelalaian bekerjakah? Para karyawan berbeda-beda. Ada yang meminta untuk diproses secara hukum, ada yang tidak, karena itu kecelakaan kerja. Semua masih berkabung, belum ada keputusan dari pihak perusahaan. Menunggu beberapa hari setelah peristiwa itu terjadi, baru akan ada pertemuan untuk membahas masalah itu. Seminggu bukanlah waktu yang lama. Tapi orang yang membela korban sudah mendesak agar segera diputuskan. Hingga kejadian mengerikan menimpa kakak iparku, Kak Santi.

Perkara kedua

Baca juga: Suara Siapa?

Perkara ini terlintas di kepala. Malam hari saat berangkat jaga malam sendiri, karena sepeda motor Kak Bima mogok, membuat Kak Santi terpaksa naik taksi. Entah mogok disengaja atau tidak, aku nggak tau. Tapi Kak Bima merasa sebuah kesengajaan, mengingat ada yang aneh dengan sepeda motornya, tak berjalan semestinya. Tepat saat mereka lewat di jalan sepi, dekat dengan makam, tiba-tiba taksi lewat. Padahal biasanya satu taksi pun tak sudi lewat daerah angker tersebut.


"Aku merasa aneh, kok tiba-tiba ada taksi lewat ya? Selama ini nggak pernah ada. Perasaanku nggak enak," cerita Kak Bima padaku satu hari sebelum bunuh diri. Tapi Kak Santi keras kepala, karena takut terlambat masuk kerja, naik taksi itu dengan lambaian tangan, terakhir kalinya sebelum hidup selesai. Kami tak tahu bagaimana cara Kak Santi dipenggal kepalanya. Tapi Sona, kekasihku yang bisa melihat masa lalu, cerita pada kami, "Tiba-tiba taksi yang dinaiki Kak Santi berhenti, masih di jalan yang sepi. Kak Santi bertanya kenapa tiba-tiba berhenti. Sopir taksi turun lalu memaksa Kak Santi keluar dari taksi itu secara kasar. Mendorong Kak Santi hingga tersungkur di tanah dan pria tak dikenal itu mengambil sebuah golok dari bagasi mobil. Dan... Diayunkan golok perkasa itu ke arah Kak Santi dan kepalanya lepas lalu terlempar beberapa meter dari mayat itu berada. Sopir itu melarikan diri. Awalnya, tak ada yang tahu siapa sang sopir itu. Ternyata, si pembawa golok adalah Nugi, adik kandung Sora yang membalaskan dendam atas kematian kakaknya."

Begitu mendengar cerita Sona, kakakku menangis meratapi kepergian istri tercinta sambil lari lalu menuju halaman dan mengambil sepeda motornya, kami pun mengikuti ke mana arah perginya. Aku sangat khawatir.

Perkara ketiga

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Horor Selengkapnya
Lihat Horor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun