Penasaran tidak? Jika harusnya suara siapa? Bukan suara apa? Aku memilih suara siapa, bukan suara apa. Lagi dan lagi, di kala ku sendiri di kantor yang sepi. Belum maghrib sih, tapi hampir. Tepat di depan mataku, pintu di lorong itu dibuka lalu ditutup dengan kerasnya. Tak ada angin tak ada hujan. Aku menelan ludah dan tak percaya.Â
Sebelumnya juga, di siang bolong nan sepi, pintu di belakangku ditutup dengan kerasnya. Padahal tak ada karyawan lain yang masuk kecuali aku. Semua sudah pulang karena menjelang maghrib.Â
Di tempat berbeda, di pagi buta, kami mengunjungi ruangan yang baru direnovasi. Aku dan temanku di ruangan itu hanya berdua, hanya sebuah cahaya lampu yang tak begitu terang. Tiba-tiba, suara barang jatuh itu membuat kami kaget. Kami cek ke sumber suara, tepat di sebuah kamar sebelah ruangan kami. Pintu kamar itu terbuka, kami cek dalamnya, tak ada satu barangpun jatuh, masih di tempat semula.Â
O o, sendiri menjelang maghrib ditemenin dua kali, sudah berdua juga ditemenin. Apa mereka tak punya teman? Atau memang hanya ingin menunjukkan keberadaan mereka? Hanya suara saja mengagetkan mata, gimana jika bertatap mata? Ada yang mau ditemenin juga? Bayangkan teman! Aku nulis gini deg-degan. Mendengar suara di atas genteng, jadi nggak karuan.Â