Aku paham sekarang
Perihnya lukamu yang ada di bahu
Kenapa kau bungkam untuk bilang sayang?
Dan diam atas salahku yang tak tahu malu
Itu alasan kau lari tiap ku menghadang?
Tapi di kala aku sudah mempunyai malu
Kau setia menjaga gerbang
Ingin bertemu dengan ku si tukang rayu
Tatapan itu menantang
Kau berikan dengan sepasang mata biru
Kau percaya aku bukan pecundang
Melainkan perempuan dengan hobi temu
Kuatku telah kau pandang
Aku selalu hebat karena inspirasi darimu
Datanglah esok di ujung petang
Kau temukanku bersanding dengan Dewa Wisnu
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H