Aku berjalan di heningnya malam
Menanti dia dengan sebuah cahaya temaram
Di mana Ia bersemayam?
Aku bukan cenayang, aku hanya kaum awam
Tak sengaja aku menginjak benda tajam
Ku lihat apa yang ada di bawah sepatu logam
Pecahan cangkir berjumlah enam
Siapa yang membawanya dengan mata terpejam?
Darahku tercecer di dekat kolam
Tapi laranya tak sebanding menyakiti kaum adam
Karena tulisanku tak mampu ku genggam
Sesalnya diri karena bermakna dalam
Lalu aku bertemu seekor burung hantu terseram
Kepala berputar dengan muka masam
Suaranya sangat mencekam
Ternyata ia mencium segarnya darah asam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H