Aku dulu adalah seseorang yang sulit untuk memandang rekan kerjaku dengan melemparkan sebuah senyuman, bahkan tertawa pun masih malu-malu. Mungkin karena dulu aku masih baru, jadi terlihat aneh jika karyawan baru sudah bertingkah aneh. Atau memang sifatku yang dulu begitu ya?Â
Aku pun tak menyadari kalau dulu aku begitu, kalau tidak ada yang berbicara padaku soal itu. Yang pertama adalah teman dekatku di kantor yang memberitahu kalau beberapa orang membicarakanku karena aku terlihat menyeramkan, susah senyum apalagi tertawa, bertemu di jalan pun aku menghadap ke lantai seakan mencari uang yang terjatuh.Â
Ia memberitahuku karena memintaku agar aku berubah, karena itu merupakan hal yang baik yang bisa ku terapkan, dan nantinya tidak menjadi topik utama dalam dunia pekerjaan, beda jika aku terkenal karena hal positif, ini suatu hal yang negatif. Siapa yang mau?
Lalu yang kedua, yang kedua adalah rekan kerja yang selama ini mengamati perubahanku, lalu bercerita tentang masa laluku yang ternyata juga sama dengan yang disampaikan teman dekatku tadi.Â
Yang membedakan di sini adalah temanku tadi mendapat info dari orang lain yang tak mau info itu terlalu lama menyebar, sedangkan yang kedua ini langsung dari nara sumber karena aku sudah berubah.Â
Aku pun juga tidak sadar jika dulunya begitu sekarang begini, aku juga tidak tahu hal apa yang membuatku berubah. Mungkin karena dulu aku masih belum nyaman dan masih merasa kaget atau asing saat bertemu dengan rekan kerja, atau dengan atasan atau dengan hal lain yang membuatku terlihat kaku.
Setelah ku pelajari dari waktu ke waktu, ternyata karena teman-temanku yang bisa membuatku berubah, walau secara tak langsung, entah dari kata-kata yang sering diucapkan atau hal lain yang kadang aku tidak tersadar dan juga pekerjaan yang dulunya belum ku cintai, sekarang ku cintai. Hingga saat ini aku berusaha menerapkan senyum, sapa atau salam kepada teman-teman yang ku jumpai, baik kenal ataupun tidak.Â
Tetapi terkadang di saat aku melihat temanku yang "agak aneh" atau terlihat menyeramkan, dan tidak mau untuk dekat dengan orang lain, tiap bertatap muka pandangan matanya ke atas, aku diam, menunggunya untuk menyapa atau tersenyum dahulu padaku. Tetapi beberapa kali aku bertemu mereka dan diam, mereka enggan senyum atau menyapa. Ada apa ya?
Di saat aku dan teman lain berbincang-bincang membahas teman-teman yang seperti itu, mereka memberikan tips kepadaku, bahwa teman-teman yang diam seperti itu, kita yang harus mengawali dengan senyum ataupun sapaan, dan mereka berhasil mendapatkan itu. Awalnya aku malas melakukannya, tetapi suatu saat aku menyapanya dan Ia berkenan menjawab, bahkan kadang mereka sekarang yang menyapa dahulu, walau tidak selalu.
Lalu berganti hari, aku juga menemukan manusia yang karakternya sama seperti itu, tanpa senyum dan sapa saat bertatap muka, bahkan pandangan lurus ke depan seperti berjalan sendiri. Aku masih mencoba diam, hingga suatu ketika di saat kami dipasangkan dalam latihan bulu tangkis di lapangan, ternyata pukulannya hebat dan malah mengajakku berbicara karena kami satu tim.Â
Belum lagi jika pukulannya keluar atau menyangkut di net, tertawanya luar biasa kerasnya. Itulah awal kami menjadi sering berbicara, walau aku tak memulai, tapi hanya karena satu tim, berubah kan? Bahagia akhirnya, bisa melihat proses melihat tawa dari dua orang itu, benar-benar ajaib jurus yang diberikan oleh teman-temanku yang luar biasa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H