Mohon tunggu...
Yovita Nurdiana
Yovita Nurdiana Mohon Tunggu... Penulis - Purchasing, pembaca mata dan penulis nama seseorang di setiap tulisannya

Membaca sambil mendengarkan musik favorit

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Rasakan Hadirku dalam Tanganmu

2 Juli 2024   17:30 Diperbarui: 2 Juli 2024   17:39 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Raket badminton dan kok (sumber gambar : bp-guide.id)

Ada yang tahu rasanya bermain bulu tangkis? Mengasyikkan bukan? Bagi yang belum tahu rasanya, bisa mencoba! Sedari duduk di bangku SD, saya menyukai olah raga yang satu ini, bukan bermain, tetapi hanya menonton di televisi, bahkan sampai mengidolakan beberapa atlet bulu tangkis. 

Sampai saat ini pun masih sangat suka menonton pertandingan tersebut. Ternyata teman-teman saya juga menyukai bulu tangkis, ada yang sekedar menonton di televisi lalu dibuat story, atau ada yang memang sering bermain. 

Saya memang suka, tetapi tidak terlalu tahu bagaimana bermain yang benar, karena menonton mana yang menang dan yang kalah lebih menarik daripada menguasai teknik, toh tidak akan bertanding.

Hingga suatu ketika, saat perusahaan tempat saya bekerja mengadakan pertandingan bulu tangkis dan setiap divisi wajib mengirim wakilnya, saya pun dipilih dengan alasan teman lain tidak bersedia karena pernah operasi, atau karena ada tanggungan mengurus rumah tangga, atau karena tempat tinggal yang jauh sehingga beberapa menolak. 

Saya paham, karena pertandingan dilakukan malam hari setelah jam kerja selesai. 

Saya tak punya alasan untuk menolak, karena saya memang cinta bulu tangkis, walau belum paham teknik dan saya ingin bertanding dengan diajari oleh sang ahli.

Akhirnya, tidak hanya seorang pelatih saja yang melatih saya, bahkan ada empat orang pria yang melatih saya, tidak hanya satu divisi, bahkan ada yang berbeda divisi. 

Sedikit demi sedikit, saya menyerap ilmu dari para pelatih, di mana ada perbedaan cara, tetapi tetap satu tujuan, bukan kemenangan, melainkan kebisaan dalam bermain atau bisa bermain dengan baik dengan apa yang kita bisa sekarang, yang lambat laun kita akan bisa jika kita sudi berlatih sesering mungkin. 

Hebat sekali pelatih-pelatih saya ini, satu yang saya ingat adalah permintaan pelatih saya yang meminta saya untuk membeli raket sendiri, agar raket bisa melekat dalam diri saya, dan rasanya akan sama, beda dengan raket pinjaman yang rasanya akan beda. 

Saya sempat bingung memilih raket yang seperti apa, hingga saya dan rekan saya bertanya kepada sang penjual. Waktu itu, saya belum membeli grip raket, karena saya juga tidak mengerti untuk apa. 

Tapi di lain waktu, saya melihat fungsi dari grip raket itu untuk apa, sehingga membuat saya membelinya, tanpa membawa raket, karena saya tahu ada pelatih-pelatih hebat yang pasti bisa memakaikannya dan pasti sidik jari dan juga semangatnya akan selalu melekat pada raket saya.

Saya memilih grip berwarna biru, karena raket saya juga berwarna biru, agar terlihat cocok. Saat bekerja, saya melihat pelatih saya, pas sekali rasanya. Saya meminta Beliau untuk memasangnya, hingga Beliau sudi mengantarnya ke tempat saya berada.

Baik hati sekali, tidak perlu banyak kata, yang penting tindakan nyata. Awalnya saya tidak tahu efeknya seperti apa dengan raket itu, ternyata luar biasa, sidik jari yang menempel membawa keberuntungan bagi saya. 

Saya menjadi juara dua di pertandingan itu, padahal baru pemula, lawan kami pun sudah biasa berlatih seminggu sekali dan pukulan mereka pun hebat, seperti pukulan laki-laki. Saya tidak menyangka berada pada titik ini. 

Lalu, pelatih bercerita kepada saya, kalau jarang berlatih, nanti malah sakit, jika kemudian berlatih kembali. Maka saya putuskan untuk seminggu sekali berlatih bersama teman-teman. Tapi apa yang terjadi? 

Sudah rutin pun tangan ini masih sakit alias pegal. Maklum, saya kini punya dua raket dan waktu sakit, saya pakai raket yang terbaru, bukan yang berwarna biru yang terdapat bekas sidik jari sang pelatih. Saya lalu berpikir, apakah dengan ganti raket yang biru, semuanya berubah? 

Tak lama, saya memakai raket biru itu, setelah berlatih sampai beberapa hari berturut-turut, tangan saya tidak sakit atau pegal sama sekali. Bahkan saat ditunggu sang pelatih saat itu, saya berhasil memenangkan pertandingan. 

Luar biasa bukan? Ternyata pelatih itu sangat berharga di mata saya, baik fisik orangnya maupun sidik jarinya. Saya merasa pelatih saya ada di sisi saya, saat memegang raket biru itu, memberi semangat dan juga kekuatan kepada saya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun