Ada yang tahu rasanya bermain bulu tangkis? Mengasyikkan bukan? Bagi yang belum tahu rasanya, bisa mencoba! Sedari duduk di bangku SD, saya menyukai olah raga yang satu ini, bukan bermain, tetapi hanya menonton di televisi, bahkan sampai mengidolakan beberapa atlet bulu tangkis.Â
Sampai saat ini pun masih sangat suka menonton pertandingan tersebut. Ternyata teman-teman saya juga menyukai bulu tangkis, ada yang sekedar menonton di televisi lalu dibuat story, atau ada yang memang sering bermain.Â
Saya memang suka, tetapi tidak terlalu tahu bagaimana bermain yang benar, karena menonton mana yang menang dan yang kalah lebih menarik daripada menguasai teknik, toh tidak akan bertanding.
Hingga suatu ketika, saat perusahaan tempat saya bekerja mengadakan pertandingan bulu tangkis dan setiap divisi wajib mengirim wakilnya, saya pun dipilih dengan alasan teman lain tidak bersedia karena pernah operasi, atau karena ada tanggungan mengurus rumah tangga, atau karena tempat tinggal yang jauh sehingga beberapa menolak.Â
Saya paham, karena pertandingan dilakukan malam hari setelah jam kerja selesai.Â
Saya tak punya alasan untuk menolak, karena saya memang cinta bulu tangkis, walau belum paham teknik dan saya ingin bertanding dengan diajari oleh sang ahli.
Akhirnya, tidak hanya seorang pelatih saja yang melatih saya, bahkan ada empat orang pria yang melatih saya, tidak hanya satu divisi, bahkan ada yang berbeda divisi.Â
Sedikit demi sedikit, saya menyerap ilmu dari para pelatih, di mana ada perbedaan cara, tetapi tetap satu tujuan, bukan kemenangan, melainkan kebisaan dalam bermain atau bisa bermain dengan baik dengan apa yang kita bisa sekarang, yang lambat laun kita akan bisa jika kita sudi berlatih sesering mungkin.Â
Hebat sekali pelatih-pelatih saya ini, satu yang saya ingat adalah permintaan pelatih saya yang meminta saya untuk membeli raket sendiri, agar raket bisa melekat dalam diri saya, dan rasanya akan sama, beda dengan raket pinjaman yang rasanya akan beda.Â
Saya sempat bingung memilih raket yang seperti apa, hingga saya dan rekan saya bertanya kepada sang penjual. Waktu itu, saya belum membeli grip raket, karena saya juga tidak mengerti untuk apa.Â