Bukankah menggali informasi selengkap-lengkapnya itu penting ya, terutama dalam dunia kerja di bagian pemasaran, agar sang penjual tahu apa kebutuhan pelanggan serinci mungkin, agar tidak salah dan sesuai dengan keinginan pelanggan. Hal itu selalu saya pelajari turun-temurun dari atasan saya, bahkan atasan baru sayapun juga mengajarkan seperti itu.Â
Sudah 8 tahun saya bergelut di dunia penjualan produk, saya di bagian pengadaan bahan baku. Apa saja yang diminta pelanggan, sebisa mungkin kami penuhi, semisal tidak ada yang sama dengan yang diminta, kami pun akan mencarikan pengganti yang mirip dengan yang diminta, tentunya dengan harga sama atau lebih murah, tetapi kualitas sama.Â
Ada juga pelanggan yang meminta bahan yang bagi kami asing atau aneh, pasti kami tetap berusaha mencarikannya, pasti bisa karena kami juga rajin bertanya ke karyawan yang lebih senior atau pandai di bidangnya, kadang malah dari rekanan atau supplier kami yang memberitahukan di mana kami harus membelinya.Â
Sungguh luar biasa, mereka tidak pelit informasi, bahkan menjual jenis bahan yang sama. Indah sekali berbagi, toh tak kan rugi. Itu semua terjadi apabila sang pelanggan sudi berbagi kebutuhan mereka atau mereka paham dengan apa yang mereka inginkan. Karena kadang mereka baru memulai usahanya, sehingga masih kurang paham dengan bahan, jadi sebagian besar menyerahkan kepada kami sang penjual jasa/barang.Â
Pernah suatu ketika, saya dimintai marketing untuk mencarikan info tentang bahan yang bagi kami masih asing, belum pernah membeli, tetapi sering melihatnya di pasaran. Saya selaku bagian pengadaan, mencari tahu info bahan tersebut ke beberapa rekanan yang sudah bekerja sama lama dengan kami, siapa tahu di antara mereka ada yang menjual atau memberi tahu di mana lokasi sang penjual.Â
Akhirnya, saya mendapatkan penjual yang menyediakan bahan tersebut. Dengan sangat bangga saya memberitahu marketing karena telah berhasil menemukan, dengan syarat, pelanggan dimintai info yang sangat mendetail, agar bahan yang dimaksud tidak salah, sesuai sampel, jika memang sudah ada sampel.Â
Setelah saya bercerita, tiba-tiba wajah saya berubah kecewa, karena marketing bercerita bahwa calon pelanggan tersebut tidak jadi memasukkan order ke kami, hanya karena kami ingin menggali informasi mengenai bahan yang dimaksud tadi. Teman saya menjelaskan bahwa pelanggan belum punya sampel, jadi belum bisa memberi info detailnya kepada kami dan ingin memesan ke rekanan lain.Â
Waduh, saya menyesal sekali berkata begitu tadi, apakah saya salah? Bukankah itu yang biasa saya lakukan? Saya telah membunuh order ini, saya jadi tidak enak dengan marketing saya. Saya minta maaf untuk rekan saya, tidak menambah omset bulan ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H