Mohon tunggu...
Yovita Nurdiana
Yovita Nurdiana Mohon Tunggu... Penulis - Purchasing, pembaca mata dan penulis nama seseorang di setiap tulisannya

Membaca sambil mendengarkan musik favorit

Selanjutnya

Tutup

Diary

Manis? Tidak Selalu

30 Juni 2024   13:20 Diperbarui: 30 Juni 2024   13:22 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku memang asli Yogyakarta, dari lahir hingga usia 23 tahun, aku di Yogyakarta. Tapi entah kenapa aku tak suka masakan manis ya? Aku orang aneh kata Ibuku, makan dengan bumbu kacang semisal sate ayam, siomay, batagor dll aku pasti menghindari kecap, karena kecap itu mengubah rasa dari bumbu kacang itu sendiri.

 Menurutku, bumbu kacang sendiri sudah enak, jadi tak perlu tambah apapun bagiku sudah sempurna, biarkan saja para manusia itu mengira aku aneh, orang Yogyakarta kok malah tanpa kecap, tak mau manis, ya pasti aku, mungkin yang lain ada, tapi aku belum bertemu. 

Sampai aku harus melihat dengan sangat teliti saat penjual melayani pesananku, takut terkena kecap karena terbiasanya tangan mereka mengambil si manis. Hingga suatu ketika pada usia ke 24 hingga 26 tahun aku dipindah bekerja di Surabaya, masih satu perusahaan dengan kantorku sekarang. 

Di sana, aku tetap tak mau yang manis, mengingat menu-menu di sana sangat cocok, tentu banyak pedagang yang pedas-pedas seperti penyetan dan lain-lain. Aku suka sekali, akhirnya ada juga menu yang tidak harus manis, aku merasa sempurna tinggal di Surabaya, apapun aku suka, karena tidak manis, kecuali satu saja yang aku suka tentang manis, yaitu kenangan manis bersama orang-orang yang luar biasa yang selalu membuatku tersenyum bahkan tertawa. 

Mengapa kenangan manis? Karena ada di antara mereka yang sudah tiada dan aku juga sudah kembali ke habitat asal, dipindah ke Yogyakarta, yang masih satu perusahaan, yaitu di kantor pusatnya. Sampai sekarang aku masih menolak manis, bahkan minuman juga aku tak suka yang terlalu manis, semisal kopi, lebih suka yang agak pahit. Itu, satu hal manis yang aku suka hanya kenangan manisku.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun