Mohon tunggu...
Yovita Nurdiana
Yovita Nurdiana Mohon Tunggu... Penulis - Purchasing, pembaca mata dan penulis nama seseorang di setiap tulisannya

Membaca sambil mendengarkan musik favorit

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Menit dan Meniti

29 Juni 2024   11:08 Diperbarui: 29 Juni 2024   21:24 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jam yang dibuat oleh tim kreasi. (Sumber gambar : kamera ponsel) 

Dua kata yang hampir sama, hanya di akhiran tambah satu huruf, yaitu "i". Ada apa dengan kedua kata itu? Untuk menit, menit adalah bagian dari waktu yang ditunjukkan oleh jam, baik itu jam dinding, jam tangan dan lain sebagainya. Di dalam menit ada detik. Menit berada di tengah-tengah, menunjukkan tiga hal yang berhubungan satu sama lain, tak terpisahkan. 

Betapa berharganya waktu, bagi kita manusia, tapi kadang, kita menyia-nyiakan waktu, terutama waktu bersama orang yang kita sayangi, bisa teman, sahabat, orang tua dan lain sebagainya yang sangat berharga bagi kita, bahkan barangpun bisa sangat berharga buat kita. 

Saat kita bersama dengan orang atau yang kita suka, kita diam atau cuek dengan mereka, seakan mereka tak ada artinya bagi kita. Tetapi setelah orang yang kita sayangi itu pergi untuk selamanya atau jika barang itu hilang, entah dicuri, entah dibuang, entah dijual, kita baru sadar bahwa kita merasa kehilangan, hidup menjadi hampa tanpa mereka di sisi kita, tanpa kata-kata yang keluar dari mulut mereka. Aku pernah berada pada titik itu. 

Di saat aku bersama dengan orang yang belum aku idolakan masih hidup di dunia, aku biasa saja, tak ada rasa peduli atau rasa memiliki, bahkan sudah lama aku tahu akan adanya Beliau di situ, tapi aku tak pernah datang hanya sekedar mendengar suaranya, menatap matanya atau menyapanya, padahal Beliau sedang sakit kanker tetapi Beliau masih mau untuk melayani sesama dengan segala keterbatasan Beliau. Seharusnya Beliau beristirahat, tapi Beliau memaksa. Hingga suatu ketika, aku mendengar kabar bahwa Beliau meninggal dunia, aku sungguh terkejut, menyesal dengan apa yang sudah aku lakukan. 

Aku melihat Beliau untuk terakhir kali di dalam peti, aku menangis bersama para pelayat. Aku terlambat untuk memberikan jabatan "sang idola" pada Beliau, aku sudah tak bisa melihat senyumnya nan manja dan mendengar sapaan halusnya. Tapi aku bangga, aku bisa datang dan berusaha untuk mengunjungi makam Beliau selagi aku mampu.

Kini berganti kisah, ke meniti. Kau tahu, setelah kejadian itu, aku meniti, meniti langkah menuju apa yang aku cita-citakan dalam pekerjaanku yang sekarang. Tidak mudah, harus lebih berjuang untuk bisa bekerjasama dengan rekan kerja yang kadang sulit untuk diajak bekerjasama, bahkan untuk berkomunikasi saja susahnya selangit. 

Diam dan selalu diam setiap ditanya, apalagi saat tidak ditanya. Semua terasa menggemaskan, tapi bukan menggemaskan seperti dengan seorang bayi, menggemaskan kali ini temanya berbeda. Tapi yang dipelajari adalah aku masih bertahan sampai menit ini, detik ini, itu karena seseorang yang sangat aku idolakan, yang kini sudah meninggalkan dunia, yang aku sudah ceritakan di awal tadi. 

Aku banyak belajar dari Beliau, tetap melayani walau sebenarnya kita sudah tak mampu, tapi kita masih mau, itu kuncinya. Bukan hasil, tetapi proses.

Januari 2024, di saat menyambut ulang tahun PT kami yang ke 102 tahun, ada lomba untuk memanfaatkan barang bekas, dijadikan sebuah barang yang berharga namun unik. Kau tahu, ide dari kawan-kawan di divisi ku, membuat sebuah jam dinding dari barang yang sudah tak bisa dipakai, indah, unik, tapi sayang tidak dilirik oleh panitia, sehingga tidak menang. Semangat untuk teman-teman yang sudi memberikan ide dan melakukan yang terbaik buat perusahaan. Tetap semangat dalam meniti karier di PT kita tercinta ini. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun