Mohon tunggu...
Yovita Amalia
Yovita Amalia Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Jurnalisme Online Saat Kini

19 Mei 2017   00:42 Diperbarui: 19 Mei 2017   00:50 419
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
National Public Radio. Sumber: http://www.npr.org/

“I became a journalist because I did not want to rely on newspapers for information.” 

 ― Christopher Hitchens

Kalimat yang tepat untuk menggambarkan keadaan dunia informasi saat ini. Surat kabar sudah bukan menjadi satu-satunya media yang dapat memberikan informasi kepada khalayaknya. Perkembangan jaman yang semakin maju menjadikan adanya perkembangan dalam bidang jurnalistik pula, terutama dalam mendapatkan informasi. Kehadiran internet menjadikan semua hal terlihat mudah untuk didapatkan,terutama informasi.

Fidler (dalam Sugiya, 2010) mengatakan bahwa metamorphosis dari kemunculan media baru tidak terjadi begitu saja, namun tidak terlepas dari yang lain. Media baru muncul dari metamorphosis media terdahulu. Saat media baru mucul dalam bentuk yang berbeda, maka media yang terdahulu akan beradaptasi dan terus berkembang, bukan mati. Hal ini dibuktikan dengan kemunculan internet, semua media beradaptasi dan memunculkan inovasi-inovasi terbaru setiap saat dalam pengembangan informasi, salah satunya dengan menggunakan konvergensi media. Radio, Tv, surat kabar dan foto menjadi satu dalam jurnalisme online.

Saat ini seperti yang dikutip dari presentasi Mindy Mc Adams (2012), website saat ini bukan hanyalah sekadar surat kabar harian yang dapat diakses melalui internet. Video bukan hanya sebagai tayangan televisi, di mana  para pewarta foto memiliki tugas ganda yang juga berperan sebagai pembuat video yang ditampilkan dalam ranah web. Pembuatan video dalam web tidak dilakukan oleh wartawan TV pada umumnya. Selain video, audio saat ini juga bukan hanya radio yang dikenal oleh masyarakat pada umumnya. Audio saat ini dapat didengarkan di mana saja dan dapat diunduh untuk diputar berkali-kali. Audio ini dinamakan dengan podcast, program dalam internet yang merupakan hasil rekaman audio atau video yang dapat diakses oleh setiap orang melalui internet.

Contohnya adalah dalam web National Public Radio, khalayak dapat mengakses berita dan audio secara langsung. Selain itu dalam National Public Radio menampilkan live radio yang disambungkan dengan saluran sesuai dengan apa yang diinginkan oleh khalayak. Berbeda dengan web New York Times, yang sudah ditambahkan dengan fitur video. Dalam hal ini, fitur video yang ditampilkan tidak hanya sebagai sebuah peristiwa melainkan terdapat semacam talkshow yang dilakukan oleh presenter televisi.

New York Times video. Sumber: http://www.nytimes.com
New York Times video. Sumber: http://www.nytimes.com
National Public Radio. Sumber: http://www.npr.org/
National Public Radio. Sumber: http://www.npr.org/
Konvergensi media menuntut jurnalis menjadi harus bisa melakukan banyak hal (multitasking). Photographer harus bisa menjadi videographer, reporter tidak hanya bisa menulis berita melainkan juga menjadi fotografer. Begitu pula dengan para presenter televise saat ini. Para presenter dituntut memiliki kemampuan lebih tidak hanya membacakan berita di depan kamera saja melainkan juga menuliskan pemberitaan melalui web. Hal ini dilakukan oleh ABC news, di mana presenter televise juga menulis berita ke dalam web. ABC news menuntut para jurnalis TV untuk tidak hanya membawakan berita di depan kamera, melainkan menuliskan berita yang mereka sampaikan di depan kamera menjadi sebuah teks.

Selain itu, dengan adanya konvergensi media, khalayak seakan dimudahkan dengan adanya fitur-fitur video ataupun berita yang ada. Khalayak dapat memilih berita atau video berdasarkan yang sudah digolongkan. Biasanya, dalam web video dan berita digolongkan ke dalam konten “most watched” atau “most popular”. Golongan tersebut berdasarkan dengan apa yang sering atau paling diminati untuk ditonton atau dibaca oleh khalayak, dapat dilihat dari jumlah pembaca atau penonton. Golongan ini juga dapat menandakan mengenai isu apa yang sedang menarik atau  banyak dibicarakan oleh khalayak. Golongan khalayak yang menikmati konvergensi media bersifat global. Hal ini berarti semua orang dari seluruh dunia dapat mengakses web dan berita yang sama. Setiap web media internasional sudah menggunakan sistem penggunaan bahasa Inggris dalam setiap laman webnya. Hal ini menandakan bahwa setiap orang tidak perlu mengandalkan media barat hanya untuk mencari berita mengenai pemberitaan di sekitar Asia yang menggunakan bahasa Inggris. Setiap media saat ini memiliki beberapa bahasa yang dapat digunakan untuk setiap orang dari berbagai belahan dunia.

Most Popular di Times. Sumber: nytimes.com
Most Popular di Times. Sumber: nytimes.com
Konvergensi media saat ini menjadikan persaingan antar media berlangsung secara global. Hal ini membuat audiens atau khalayak memiliki banyak pilihan mengenai media mana yang ingin mereka akses. Khalayak dapat memilih ingin membaca berita, mendengarkan audio, atau melihat video yang ada dalam laman web yang dipilih karena semua sudah berada dalam satu platform. Kemudahan dalam mengakses ini didukung dengan pilihan bahasa yang bermacam ragam, sehingga khalayak dalam hal ini adalah khalayak yang global. Kompetisi antar media menjadi global. Kompetisi antar orang-orang berpendidikan tinggi, orang kaya, dan orang elite media.

Kompetisi media secara global semakin bertambah pesat ketika menghadirkan interaksi dengan khalayaknya. Interaksi yang dihadirkan oleh media tidak hanya dari sekadar click, namun keterlibatan khalayak akan sesuatu yang dipilihnya dalam media. Namun, tidak hanya sebatas itu, interaksi dalam media juga dapat dilihat berdasarkan suatu isu atau pemberitaan yang dibangun oleh media. Menurut Andy Bull, interaksi khalayak dapat dilihat dari dokumenter interaktif yaitu  produk jurnalistik yang meningkatkan kesadaran masyarakat akan suatu masalah publik dan untuk mempengaruhi kebijakan publik (Bull,2013). Melalui dokumenter interaktif, khalayak dapat menentukan sendiri perjalanan atau cerita apa yang ingin mereka jelajahi. Khalayak  dapat menyeleksi bagian yang ingin mereka ketahui dan bisa menyeleksi bagian yang tidak ingin mereka baca.

Khalayak seakan dapat ikut masuk ke dalam sebuah pemberitaan, mengetahui bagaimana kronologi pemberitaan, hingga korban yang ada di dalam sebuah pemberitaan jika itu pemberitaan mengenai kecelakaan, kriminalitas, dan lain sebagainya. Khalayak dibuat seakan dekat dengan media. Saat ini, bukan cover both side yang digunakan oleh media, melainkan cover multi side.Banyaknya pemberitaan dilihat dari berbagai macam angle. Kemudahan perolehan informasi yang ada diperoleh pula dari berbagai macam angle pemberitaan yang ada. Media yang telah menggunakan sistem interaktivitas ini salah satunya adalah Aljazeera.com, media yang sudah memiliki dokumenter interaktif dalam situs beritanya. Aljazeera.com mengangkat cerita-cerita yang jarang dimunculkan dalam isu global. Cerita-cerita yang digunakan Aljazeera.com dalam dokumenter interaktif yang mereka miliki dibuat menggunakan laporan mendalam dengan menggabungkan foto dan video dalam teks yang ada.

dokumenter interaktif dalam aljazeera.com. sumber: http://interactive.aljazeera.com
dokumenter interaktif dalam aljazeera.com. sumber: http://interactive.aljazeera.com
Kemudahan dalam mengakses berita ini juga memberikan dampak yang besar bagi jurnalis itu sendiri. Tuntutan untuk dapat menguasai elemen-elemen yang ada di media menjadikan setiap jurnalis harus multitasking dengan menggunakan medium foto, video, audio, design grafis dan maps, animasi dan juga teks itu sendiri. Hal ini merupakan cara baru media menyampaikan sebuah cerita di mana cara tersebut menjadikan suatu perubahan yang berbeda dari sebelumnya.

Sumber Referensi

Adam, Mindy mc. 2012. Online Journalism part 1. [ppt].

Sugiya, Aritasius. 2010. Strategi Transformasi Konvergensi Media. https://ayomenulisfisip.files.wordpress.com/2011/02/strategi-transformasi-konvergensi-media.pdf Diakses pada 18 Mei 2017

Uricchio, William. 2014. MAPPING THE INTERSECTION OF TWO CULTURES: Interactive Documentary and Digital Journalism.Mac Arthur Foundation.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun