Mohon tunggu...
Yovanda Noni Izabella
Yovanda Noni Izabella Mohon Tunggu... -

jurnalis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mengenal Kista Bartholin, “si Pengganggu” Hubungan Suami-Istri

12 Juni 2012   17:02 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:03 6687
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Organ kelamin perempuan sangat sensitif. Perlu perawatan khusus dan  harus selalu terjaga kesehatannya. Jika tidak, penyakit akan mudah menyerang. Salah satunya kista bartholin. Kista ini memang dikenal tak berbahaya, tapi sebaiknya Anda menghindari. Sebab, bisa mengganggu kemesraan hubungan intim suami istri. PERNAH dengan bartholin? Ini adalah salah satu kelenjar di bagian Miss V. Fungsinya sangat vital. Khususnya saat hubungan suami istri.  Kelenjar ini “bertugas” membasahi atau melicinkan permukaan vagina saat terjadi hubungan seksual. Bartholin rutin memproduksi kelenjar. Dalam proses keluarnya harus lancar dan tidak boleh tersendat. Jika tersumbat, kelenjar bartholin akan menumpuk dan membentuk kista. Kista bartholin masuk kategori penyakit kelamin yang tak menular. Meski demikian, kista ini sangat mengganggu dan harus dibuang.Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin dari Klinik Kellyn Medika Samarinda Daulat mengatakan, kista ini terbentuk karena terjadi penyumbatan pada saluran keluarnya. Sehingga terjadinya menumpukkan cairan yang menimbulkan kista. “Cairan dalam kista yang terinfeksi menimbulkan nanah yang dikelilingi oleh jaringan yang meradang atau bisul,” katanya. Kata Daulat, masih banyak perempuan yang belum tahu tentang kista ini. Bahkan, ada yang tak mengerti kalau sudah terserang penyakit ini. Sebab, bentuknya yang menyerupai bisul, terkadang diacuhkan penderita, dengan asumsi akan sembuh jika sudah pecah. Padahal tak begitu. Sebab, ketika pecah, bisul akan terisi kembali dan akan pecah lagi jika terjadi gesekan. Jika kista ini berkembang, penderita akan merasakan ada benjolan di dekat lubang vagina. Meskipun kista bartholin biasanya tidak menimbulkan rasa sakit, akan tetapi kondisinya sangat mengganggu jika sedang bersenggama. Parahnya, kista akan pecah dan mengeluarkan darah bahkan nanah. Saat itu akan diikuti rasa nyeri. Dia menegaskan, penyebab penyakit ini murni karena penyumbatan. Tak ada faktor lain. Sumbatan terjadi diduga akibat infeksi atau adanya pertumbuhan kulit pada penutup saluran kelenjar bartholin. Kista bartholin tetap harus diobati dan ditangani dokter spesialis kulit dan kelamin. “Salah satu teknik pengobatan yang dilakukan adalah dengan terapi marsupialisasi, yaitu teknik operasi ringan yang menggunakan pembiusan lokal. Waktu yang digunakan tidak terlalu lama, dan pasien dalam keadaan sadar,” terangnya. Prosesnya dengan membuatkan saluran keluar kelenjar bartholin yang tersumbat. Harus hati-hati karena terkadang saat pengirisan kelenjar yang tersumbat bisa muncrat. Usai tahap pengirisan dinding kista dijahit. “Jangan takut untuk melakukan operasi ini, sebab tekniknya singkat dan aman asal dalam penanganan dokter. Operasi ini juga tidak mengganggu alat reproduksi dalam kandungan, karena kista tersebut berada di bagian luar jalan lahir,” tuturnya. Proses penyembuhan tentunya bergantung dari seberapa besar kista itu sendiri. Apabila ukuran kecil, pasien dapat segera melakukan aktivitas dengan sedikit pembatasan. Sedangkan untuk pencegahan, hendaknya dapat melakukan hubungan seks yang aman khususnya menggunakan kondom. Dia juga mengingatkan untuk menjaga kebersihan. Karena, ini dapat membantu mencegah infeksi kista atau pembentukan abses. Tak hanya itu, dokter juga akan membantu pengobatan melalui resep obat-obatan. Sehingga proses penyembuhan akan semakin cepat, dan tidak mengganggu aktivitas sehari-hari. “Kista ini bisa menyerang perempuan mana saja yang sudah akil balik. Jika kebersihan alat kelaminnya tidak terjaga, maka virus akan dengan mudah hinggap pada alat kelamin. Hendaknya perempuan tidak menggunakan celana yang terlalu ketat, agar tidak terjadi lecet pada bagian selangkangan,” katanya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun