Mohon tunggu...
Irfan Taufik
Irfan Taufik Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Saya mempunyai ketertarikan untuk mengeksplore hal baru, hobi menulis, dan ingin menjadi orang yang punya banyak harta.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kenakalan Anak Dibawah Umur, Siapa yang Harus Disalahkan?

2 Desember 2024   07:19 Diperbarui: 2 Desember 2024   07:39 17
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Anak adalah harta yang berharga bagi orang tua. Pepatah kuno mengatakan "banyak anak, banyak rezeki". Namun, seiring bertambahnya usia, tingkah laku seorang anak juga berkembang. Mereka kian mulai mengenal banyak hal dari apa yang mereka lihat, apa yang mereka dengar, dan apa yang mereka rasakan. 

Semakin besar pertumbuhan anak, tingkah lakunya akan semakin beragam. Ada yang mulai mengenal kenakalan. Ada yang memiliki rasa ingin tahu lebih tinggi dan sebagainya. Pada artikel ini, saya akan membahas tentang "kenakalan anak dibawah umur".

Anak dibawah umur adalah "Anak-anak yaitu manusia muda dalam umur muda dalam jiwa dan perjalanan hidupnya karena mudah terpengaruh untuk keadaan sekitarnya". Yang saya soroti dalam setahun belakangan ini adalah kenakalan anak dibawah umur ada yang sudah diluar batas normal.

Biasanya, kalo berbicara kenakalan anak dibawah umur yang paling umum adalah seperti mencoret tembok, malas belajar, berkelahi dengan teman sebayanya, dan sebagainya. Pada tahun ini, ada 2 kasus yang melibatkan kenakalan anak dibawah umur dan kasus tersebut dapat disebut sebagai kasus yang sudah tidak dibatasi wajar kenakalan seorang anak. Kasus ini sangat viral beberapa bulan ini.

  • Kasus 4 anak dibawah umur menjadi kasus pembunuhan di Palembang. Kalian pasti sudah tidak asing lagi mendengar berita ini. Kasus ini cukup menjadi berita menggemparkan pada bulan September 2024, bagaimana tidak? Empat (4) anak dibawah umur membunuh? Jika kalian ingin mengetahui kronologis kasus ini kalian bisa mencari tahu di artikel dengan sumber referensi yang valid.
  • Kasus anak umur 14 tahun membunuh ayah dan neneknya. Kasus ini juga ramai diperbincangkan khalayak publik, dan sangat menggemparkan pada bulan ini. Kasus ini terjadi di Kota Jakarta, Lebak Bulus. Jika kalian ingin mengetahui kronologis kasus ini kalian bisa mencari tahu di artikel dengan sumber referensi yang valid

Dari dua kasus diatas, saya menyoroti poin penting yakni "dari 2 kasus tersebut, mengapa hal ini bisa terjadi?". Pertanyaan ini terus bermain di fikiran saya. Dan mari kita analisa.

Saya melakukan observasi dengan pengumpulan data dari studi kepustakaan dan berhasil mendapatkan sebuah jurnal penelitian yang berjudul "Pencegahan Perilaku Penyimpangan Anak Melalui Lembaga Layanan Perlindungan dan Pengembangan Anak di Pusat Pengembangan Anak (Ppa) Anugerah Pakisan Kabupaten Temanggung" karya : Sutiyono & Safik Fauzi, 2023

Dari jurnal tersebut, diperoleh bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi seorang anak melakukan perilaku penyimpangan, yakni :

  • Faktor Orang Tua, anak yang cenderung memiliki perilaku penyimpang kerap kurang mendapatkan kasih sayang dari orang tuanya atau disebabkan karena kondisi orang tua yang sudah bercerai (berpisah) sehingga pengawasan terhadap anak jadi kurang maksimal 
  • Faktor Lingkungan, faktor ini juga menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku penyimpang pada anak karena anak yang tumbuh dan kembang di lingkungan buruk mudah mempengaruhi tingkah laku seorang anak.
  • Faktor Teman, faktor ini juga sama, anak cenderung melihat tingkah laku temannya untuk mendapatkan pengakuan atau disuruh temannya untuk melakukan sesuatu untuk membuktikan pertemanan mereka. Oleh sebab itu, seorang anak harus diperhatikan dengan siapa ia bergaul dan jangan sampai salah memilih pergaulan.
  • Faktor Teknologi, perkembangan teknologi juga menjadi salah satu faktor yang menyebabkan anak memiliki perilaku penyimpang, karena di era sekarang, seorang anak dapat dengan mudah mendapatkan akses informasi dan pengetahuan dari internet, media sosial, dan sebagainya. Banyak pula, orang tua yang mengeluh karena anaknya sudah kecanduan bermain ponsel. Oleh sebab itu, konsumsi ponsel pada anak harus dibatasi baik penggunaanya maupun konten apa yang ditonton harus disaring. Hal ini karena banyak konten dewasa atau adegan berbahaya yang ditampilkan di internet dan media sosial.
  • Faktor Diri sendiri, faktor terakhir adalah diri sendiri. Perilaku menyimpang yang ada ada diri seorang anak bisa muncul karena faktor dirinya sendiri seperti kebiasaan yang tidak wajar dan sebagainya.

Dari 5 faktor tersebut, para orang tua harus lebih concern lagi dalam membina dan membimbing anak agar anak tidak memiliki perilaku penyimpang. Penulis membuat artikel ini, karena rasa kesadaran akan fenomena pembunuhan yang dilakukan seorang anak. Semoga kedepannya, tidak adalagi kasus serupa seperti dua kasus diatas 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun