Mohon tunggu...
Irfan Taufik
Irfan Taufik Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Saya mempunyai ketertarikan untuk mengeksplore hal baru, hobi menulis, dan ingin menjadi orang yang punya banyak harta.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Fenomena Tidur Shift-shiftan

24 Oktober 2024   09:27 Diperbarui: 24 Oktober 2024   09:32 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto : Youtube Volix Media  (https://www.youtube.com/watch?v=M0sehW6ft8M&t=867s)

Sudah kah kalian menonton konten dari kanal youtube 'Volix Media'? kalau belum, mungkin dapat kalian menontonnya dengan mengetik judul seperti gambar diatas pada aplikasi Youtube.

Setelah menonton konten tersebut, kita dapat menyadari bahwa hal ini merupakan pokok permasalahan yang sangat penting. tidur shift yang dimaksud adalah dimana seseorang harus menunggu waktu untuk melakukan aktivitas tidur karena tempat tidur yang ingin ia gunakan, sedang digunakan oleh orang lain. Hal tersebut menimbulkan pertanyaan, bagaimana fenomena tidur shift-shiftan seperti yang dimaksud dalam konten pada kanal youtube 'Volix Media' dapat terjadi?

  • 1 rumah dihuni oleh 13 orang : pada konten volix, ada seorang warga yang bercerita bahwa ada 1 rumah di daerah tersebut yang dihuni oleh 13 orang. permasalahannya adalah luas rumah tersebut kurang lebih sekitar 2x3 meter (volix media), pemilik rumah tersebut adalah seorang wanita yang berumur lansia, mempunyai 3 orang anak yang telah menikah, dan masing-masing anaknya sudah memiliki anak lagi. karena alasan ini lah, 1 rumah berukuran 2x3 meter dihuni 13 orang. lalu, bagaimana penerapan tidur shift-shiftan? jadi, pemilik rumah menyatakan bahwa dirinya akan tidur duluan dan setelah bangun barulah, anaknya dan cucunya yang perempuan tidur. setelah mereka sudah bangun, anak dan cucunya yang pria baru dapat memulai tertidur.
  • penghasilan yang tidak layak: yang terjadi pada tidur shift-shiftan di konten youtube volix media adalah karena penghasilan yang kurang cukup. dalam konten volix, menyatakan bahwa seorang narasumber yang menghuni 1 rumah berukutan 2x3 meter tersebut memiliki penghasilan Rp.15.000-Rp.60.000 dalam sehari dan terkadang harus menjadi demonstran bayaran karena dibayar Rp.50.000. di rumah itu pula hanya sekitar 2-3 orang saja yang bekerja dengan penghasilan yang sama. hal ini menjadi salah pemicu terjadinya fenomena tidur shift-shiftan.
  • pasangan menikah tidak membatasi kelahiran anak : poin utama yang saya tangkap, mengapa 1 rumah dihuni 13 orang adalah karena 3 anak yang telah menikah tidak memiliki rumah, kesulitan ekonomi, dan memiliki banyak anak. bayangkan kalau 1 pasangan memiliki 2 orang anak maka estimasi akan pas ada 13 orang dalam 1 rumah.

lantas bagaimana mengurangi fenomena tidur shift-shiftan yang ditayangkan pada kanal youtube 'Volix Media'?

  • pembinaan kualitas SDM, petinggi setempat diwilayah tersebut atau seseorang yang memiliki wewenang mengatur wilayat dapat memberikan penyuluhan atau pelatihan kepada warganya untuk meningkatkan penghasilan. penyuluhan tentang mengelola keuangan, dan penyuluhan maupun pelatihan lainnya.
  • membatasi kelahiran anak apabila keuangan atau penghasilan masih segitu-segitu aja. hal ini mungkin sangat marak sekali terjadi, orang tua yang penghasilannya masih dibawah rata-rata tidak dapat menahan nafsunya dan ketika sudah melahirkan, barulah orang tua tersebut pusing mengenai biaya dan sebagainya untuk sang buah hati. Banyak sekali fenomena yang terjadi di lapangan, penghasilan orang tua sekitar 3-4 juta tapi sudah memiliki 3 atau 4 orang anak. Sekali lagi jika tidak dapat membatasi kelahiran anak tapi penghasilan masih segitu-segitu saja, maka akan menimbulkan banyak dampak buruk seperti kesulitan ekonomi dan sebagainya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun