Mohon tunggu...
Nina
Nina Mohon Tunggu... Lainnya - Ibu Satu Anak

Ibu satu anak yang senang berpetualang keliling kota dan menulis cerita di andrewandme.blogspot.com. Join our dates at IG @DateWithDudu / #DateWithDudu. Sherlockian. ELF. My heart draws a dream.

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Bikin PR adalah Jalan Ninja Saya untuk Juara

9 November 2022   15:23 Diperbarui: 9 November 2022   15:28 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Teman-temannya juga begitu, makanya PR jadi ikut disebelin sama mereka, karena mengambil waktu bermain. 

Well, that's the catch. Kalau saya browsing "the benefit of homework," di mesin pencari, salah satu keuntungan yang diberikan oleh PR adalah mengajarkan siswa untuk mengatur waktu. Time management exercise. Jadi anak-anak ini bisa mengatur waktunya kapan mengerjakan PR, kapan mandi, kapan main, dan kapan makan. Kalau anak saya memang sejak kecil saya bebaskan waktunya, yang penting pekerjaan rumah selesai. Dia yang bikin schedule sendiri dan disiplin sendiri dengan schedule-nya. 

Meskipun ini bukan berarti membenarkan jadwal les dan kegiatan non-bermain lainnya yang tidak masuk akal. Time management exercise harus didiskusikan dengan yang punya waktu yaitu si anak. Siapa tahu PR bisa dikerjakan pas les? Atau ada les yang sebenarnya belum perlu, bisa ditunda sampai anaknya punya waktu ekstra lagi?

Lalu anak belajar bertanggung jawab. Dikasih PR ya dikerjain. Dapat pengetahuan, review pelajaran sekolah dan bisa punya kemampuan untuk belajar sendiri. Kemampuan ini yang sekarang saya rasakan gunanya, terutama ketika saya pindah industri di tengah-tengah karir saya. Bekerja di jam kantor, lalu pulang kantor ada PRnya untuk cepat paham materi yang dibicarakan. Soalnya saingan saya kan anak muda yang memang lulusan bidang pekerjaan tersebut. Saya yang emak-emak salah jurusan tentu saja ketinggalan di awal.

Untungnya saya "si paling rajin ngerjain PR," jadi berhasil catch up dengan mereka.

PR juga menjadi kesempatan bagi para orang tua untuk spend time sama anaknya, sekaligus tahu apa yang diajarkan di sekolah. Bonding time bareng anak ya pas belajar, apalagi kalau memang education dan nilai bagus adalah salah satu value yang diterapkan di rumah. Tapi ingat, menemani anak mengerjakan PR bukan berarti menambahkan pressure atau malah jadi kesal karena anak salah jawab soal. Dan ini tidak untuk semua orang tua. Saya salah satunya yang tidak mau ikut campur sama PR anak. Bahkan ketika guru matematika SMP anak saya bertanya kenapa saya tidak memeriksa PRnya, saya jawab "Pak, maaf saya paling sebel sama matematika waktu sekolah dulu. Pemahaman saya berhenti di kelas 5 SD. Habis itu bingung dan les." Anak saya sekarang les juga.

Nggak enak kan bikin deck report tapi bossnya berdiri di belakang? Apalagi kalau ternyata si boss ini sotoy karena sudah lupa-lupa ingat sama pelajarannya. Kalau menemani anak bikin PR membuatnya jadi merasa diawasi, (atau membuat saya jadi ingat trauma masa lalu dengan pelajaran fisika)i lebih baik orang tuanya nonton TV di luar saja. Dan berikan pujian ketika si anak sudah berhasil mengerjakannya. What matters di sini buat saya adalah time management, rasa tanggung jawab dan komitmen dalam menyelesaikan tugas yang diberikan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun