Kayaknya Hollywood sedang senang bikin film keroyokan. Mulai dari Captain America, X-men sampai anti-hero Suicide Squad, pemeran utamanya banyak. Kebanyakan malah.
Adalah sekelompok penjahat yang direkrut oleh agen pemerintah Amanda Waller untuk mengatasi teror yang mendadak muncul di tengah kota. Kelompok ini, Suicide Squad, terdiri dari Captain Boomerang, Deadshot, El Diablo, Harley Quinn, Enchantress dan Killer Crocs. Dikepalai oleh Rick Flag, tim ini ditugaskan menyelamatkan seseorang yang terjebak di tengah kehancuran kota. Tanpa mengetahui detail misi mereka, para penjahat dipaksa untuk setuju. Maka itu Deadshot memanggil grupnya dengan Suicide Squad.
Saya semangat karena mau cek apakah film ini bisa ditonton bersama anak saya, tapi review di beberapa website membuat saya ragu. Demi tokoh favorit saya, Harley Quinn, yang ada di film ini sebagai salah satu pemeran utama, jadilah, di hari pertama filmnya tayang, saya nonton sendirian lagi, menyaksikan bagaimana para penjahat ini berusaha jadi superhero yang menyelamatkan dunia. Sambil tentunya mengingatkan kita yang menonton bahwa mereka ini penjahat lho. Misalnya, ketika jalan merek sekaligus merampas jam tangan dan mencuri tas dari etalase.
Ketika melihat profil Deadshot, saya jadi agak sedih juga. Kasihan ya, anaknya diurus oleh mantan istri yang mabuk-mabukan, sementara dia masuk penjara karena pekerjaannya sebagai pembunuh bayaran membuat dia dianggap sebagai penjahat. Padahal kalau soal mengurus anak, sudah jelas dia lebih capable. Bahkan telihat lebih sabar daripada saya dalam menghadapi anak pra-remaja. Di sini saya melihat bedanya penjahat dan jagoan itu tipis karena Deadshot membuat semuanya jadi abu-abu.
Berbeda dengan Harley Quinn yang sudah jelas terganggu mentalnya dan sibuk ingin reuni dengan sang pacar, The Joker alias si Puddin’. Entah gimana, tokoh Harley Quinn di sini mengingatkan saya sama selebgram bernama Awkarin yang lagi heboh itu. Orangnya jujur, ceplas ceplos dan bertindak sebelum berpikir. Dan meski gila, melihat hubungan Joker dan Harley, saya tetap pengen bilang “awww”. Sayang sebelah saya di bioskop itu serombongan cowok-cowok. Haha.
Dan mungkin karena kebanyakan karakter, menurut saya Suicide Squad tidak maksimal. Either that, or the fact that it’s censored to fit the PG-13 rating di Amerika. Jangan salah, Captain America dan X-Men juga PG-13, tapi yang ini (seperti juga Tarzan), bukan untuk ditonton bersama anak. Well, kalau standar saya sih film ini masih bisa ajak anak, karena adegannya tidak ada yang parah. Paling Harley Quinn yang seksi dan sekilas adegan dewasa antara Flag dan pacarnya yang kurang berkesan dibandingkan sepak terjang Deadshot dan kemampuan tembaknya. Sayangnya anak saya tim Marvel, yang bahkan tidak berminat nonton Batman atau Superman.
Jadi lewatlah Suicide Squad ini dari dafar tontonan dia. Kembali ke masalah PG-13, sebuah artikel yang saya baca minggu lalu ketika menantikan rilisnya film Suicide Squad ini mengajak MPAA (badan pemberi rating bioskop di Amerika) untuk menelaah ulang rating PG-13. Rating yang sebenarnya berarti orang tua wajib menemani anak 13 tahun ke bawah ini sudah terlalu di-abuse oleh para pembuat film agar lebih banyak yang dapat menonton film mereka. Di Indonesia sendiri, Suicide Squad dapat rating 17 tahun ke atas, sementara X-Men masih dapat R (alias Remaja). Jadi, beneran nih, saya tidak menyarankan ajak anak nonton ya.
Mungkin kalau produser film ini tidak berpikir terlalu komersil dan berani mengubah rating jadi R-nya Amerika (yang kalau di sini namanya D alias Dewasa), film ini akan lebih maksimal. Soalnya banyak adegan yang membuat saya ingin melontarkan protes, “kok gitu doang?” terutama dalam mengulas hubungan Joker dan Harley Quinn. Yah, tapi ada kabar kalau si dokter gila dan Puddin’nya ini akan dapat film sendiri, mungkin mereka akan lebih banyak dapat frame di sana.
Lalu anggota Squad yang lain seperti Katana, yang dapat peran bodyguard si Flag (apa bedanya dia dan Deadshot yang sama-sama pembunuh bayaran?), hanya kebagian porsi sedikit. Captain Boomerang yang melempar senjatanya bisa dihitung pakai jari 1 tangan dan Killer Crocs yang perannya... Yah, berenang ke dalam selokan. Saya bahkan tidak tahu, kenapa si Killer Crocs ini dianggap jahat dan apakah dia menganggap diri jahat. Coba bagian yang itu lebih diekplorasi, bukan cuma Diablo saja yang kebagian momen curhat. Kan sebal ya.
Tapi bisa jadi ini karena saya memang hanya kenal Harley dan Joker.
However, kalau kamu memang fans DC dan Suicide Squad, lebih baik ditonton. Nanti bisa menyesal sendiri karena tidak menyaksikan sepak terjang para supervillain yang seharusnya bisa lebih keren lagi ini. Duduk manis 125 menit bukan suicide kok.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H