Mohon tunggu...
AMARILLA SYAWALANI
AMARILLA SYAWALANI Mohon Tunggu... Freelancer - (19170027) MPI ICP UIN MALANG

pejuang pemikir . pemikir pejuang

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

6 Langkah Merancang, Menerapkan, dan Menilai Pembelajaran Berbasis Masalah

24 April 2020   07:07 Diperbarui: 24 April 2020   07:22 186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Keahlian abad kedua puluh satu mengharuskan implementasi pengajaran yang memungkinkan siswa untuk menerapkan konten pelajaran, mengambil kepemilikan atas pembelajaran mereka, menggunakan teknologi secara bermakna, dan berkolaborasi. Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL) adalah salah satu pendekatan pedagogis yang mungkin cocok dalam kotak alat pengajaran Anda.

Sejak awal, pembelajaran berbasis masalah (PBL) telah menaklukkan dunia (Donner dan Bickley 1993). Sejarahnya dijelaskan dalam sejumlah publikasi (Schmidt 2012; Servant-Miklos 2019). Apa yang dimulai pada pertengahan tahun enam puluhan di Universitas McMaster sebagai terobosan radikal dari pendidikan berbasis ceramah (Barrows dan Tamblyn 1980), ternyata merupakan strategi didaktik yang berhasil yang sejak saat itu semakin disalin oleh sekolah-sekolah lain. 

Awalnya, PBL memiliki identitas ideologis yang tinggi. Ini berarti bahwa itu didefinisikan sebagai proses dengan langkah-langkah yang ditentukan yang harus ditaati ketika berlatih 'PBL sejati'. Baru kemudian menjadi jelas bahwa PBL selaras dengan wawasan dan teori dari penelitian psikologis pendidikan dan kognitif (Norman dan Schmidt 1992; Dolmans et al. 2005; Neville 2009). 

PBL menekankan perlunya penyelesaian masalah untuk melatih penalaran klinis (Norman 1988) dan sudah lama diasumsikan bahwa metode itu sendiri akan mengajarkan siswa untuk menjadi pemikir klinis generik. Asumsi ini memicu garis panjang penelitian tentang apa yang merupakan keahlian penalaran (klinis) (Schmidt dan Rikers 2007). Melalui ini, PBL menjadi lebih beralasan secara ilmiah selama bertahun-tahun.

Saat ini, pendekatan ideologis asli untuk PBL telah tenang dan dapat memiliki banyak manifestasi yang berbeda. Jadi, ketika sekolah mengklaim menggunakan PBL, tidak selalu jelas apa yang sebenarnya disyaratkan. Dalam pandangan itu ada beberapa karakteristik penting:

  • Penggunaan tugas atau masalah yang menarik sebagai titik awal untuk belajar
  • Belajar mandiri dan mandiri
  • Bekerja dalam kelompok peserta didik yang menangani tugas-tugas ini
  • Peran guru sebagai fasilitator proses ini

Banyak dari karakteristik ini dapat dijelaskan juga oleh wawasan saat ini dari teori pendidikan lebih lanjut. Penggunaan tugas yang bermakna adalah contoh dari pendekatan tugas keseluruhan seperti yang dipromosikan oleh teori desain pendidikan (Merrienboer dan Kirschner 2007). 

Teori belajar kolaboratif mendukung penggunaan dan kondisi untuk pembelajaran kelompok yang efektif (Johnson et al. 2007), sementara memberikan otonomi kepada peserta didik dalam proses belajar mereka beresonansi dengan teori motivasi dan penentuan nasib sendiri (Deci dan Ryan 2008). Meluasnya penggunaan PBL tidak diragukan dipromosikan oleh dasar ilmiah dari pendekatan ini.

PBL adalah model pembelajaran yang berpusat pada siswa, berbasis inkuiri di mana peserta didik terlibat dengan masalah otentik, tidak terstruktur yang memerlukan penelitian lebih lanjut (Jonassen & Hung, 2008). Siswa mengidentifikasi kesenjangan dalam pengetahuan mereka, melakukan penelitian, dan menerapkan pembelajaran mereka untuk mengembangkan solusi dan mempresentasikan temuan mereka (Barrows, 1996). 

Melalui kolaborasi dan penyelidikan, siswa dapat memupuk pemecahan masalah (Norman & Schmidt, 1992), keterampilan metakognitif (Gijbels et al., 2005), keterlibatan dalam pembelajaran (Dochy et al., 2003), dan motivasi intrinsik. Meskipun PBL memiliki potensi manfaat, banyak instruktur tidak memiliki kepercayaan diri atau pengetahuan untuk menggunakannya (Ertmer & Simons, 2006; Onyon, 2005). Dengan memecah siklus PBL menjadi enam langkah, Anda dapat mulai merancang, mengimplementasikan, dan menilai PBL dalam kursus Anda sendiri.

Langkah pertama: Identifikasi Hasil / Penilaian

PBL paling cocok dengan hasil kursus yang berorientasi pada proses seperti kolaborasi, penelitian, dan pemecahan masalah. Ini dapat membantu siswa memperoleh konten atau pengetahuan konseptual, atau mengembangkan kebiasaan disiplin seperti menulis atau komunikasi. Setelah menentukan apakah kursus Anda memiliki hasil pembelajaran yang sesuai dengan PBL, Anda akan mengembangkan penilaian formatif dan sumatif untuk mengukur pembelajaran siswa. Kontrak kelompok, formulir evaluasi diri / sejawat, refleksi pembelajaran, penulisan sampel, dan rubrik adalah penilaian PBL yang potensial.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun