"Loh? Kok kamu tiba-tiba punya ide aneh itu?" tanya saya keheranan.
"Aku udah daftar dari bulan lalu tapi kan sekarang aku sakit..."
"Oh, kamu mau aku gantiin kamu, ya?"
"Kamu udah cantik, pintar pula. Iya maksud aku emang gitu."
"Nggak usah, Mei. Biar aku jagain kamu aja."
"Kursusnya cuma sehari, kok. Bayarnya lumayan mahal. Daripada uang terbuang percuma, mendingan kamu gantiin aku aja," desak Mei-mei lagi.
Setelah berdebat beberapa puluh menit, akhirnya saya mau juga menerima tawaran itu.
Esoknya dengan bersepeda, saya berangkat ke HOTEL MNCHEN PALACE yang beralamat di Trogerstrae 21D-81675 Mnchen. Semua peserta yang mengikuti kursus tersebut tujuannya seragam; mereka  ingin segera mendapat pekerjan sebagai  bartender atau waiter di cafe, diskotik dan hotel.
Sepanjang perjalanan otak saya terus berputar. Saya pikir-pikir, rasanya tidak ada salahnya mempelajari ilmu baru. Siapa tau bisa menjadi bekal kalau saya berniat tinggal di Eropa. Seandainya mau jadi penghuni tetap di Eropa, saya bisa punya penghasilan tambahan. Apabila sedang tidak ada job membawa turis, saya bisa bekerja sebagai bartender freelance di berbagai tempat hiburan yang banyak bertebaran di kota Paris. Terus terang kalau harus memilih untuk menetap, saya tanpa ragu akan memilih Paris sebagai tempat tinggal. I love Paris.
Sesampainya di tempat kursus, ada sekitar 40 orang yang mengikuti pelatihan tersebut. Hampir semua peserta berasal dari Asia dan Afrika. Yang dari Asia kebanyakan adalah orang Philipina, India dan Pakistan. Yang dari Afrika didominasi oleh orang Maroko. Sisanya adalah orang Nigeria, Mesir dan Afrika Selatan. Cuma ada dua orang bule yang ikut bergabung di situ. Keduanya berasal dari negara-negara kecil pecahan dari Uni Sovyet.
Setelah menunggu sekian lama, tidak lama kemudian munculah Sang Trainer. Namanya Ricardo, berasal dari Italia. Orangnya tinggi besar, gemuk, berkumis dan berjenggot. Secara keseluruhan, penampilannya mengingatkan saya pada penyanyi Pavaroti. Dia memakai tuxedo dan berjalan ke arah kami dengan langkah yang sangat percaya diri bahkan cenderung bossy. Gesturenya mengingatkan saya pada komandan jenderal yang sedang memeriksa barisan tentaranya.