Dear Bapak Prabowo dan Pak Jokowi
 Ketika menulis surat ini, saya  masih berada di Amerika untuk mengurus sekolah anak bungsu saya.  Meskipun demikian saya selalu mengikuti apa yang terjadi di Indonesia  terutama event penting Asian Games yang diselenggarakan di Jakarta dan  Palembang. Perkembangan teknologi memungkinkan saya untuk melihat event  olahraga tersebut secara streaming.
 Saya melompat kegirangan  ketika menonton saat Pesilat Hanifan Yudani merebut emas ke 29 untuk  Indonesia di cabang olahraga pencak silat. Saya menyaksikan bagaimana  Hanifan berlari sambil membentangkan merah putih dengan kedua tangannya.  Saya bersorak-sorak  ketika Hanifan menghampiri bangku VIP lalu memeluk  Bapak-bapak berdua. Saya merinding menatap pelukan bersejarah itu. Di  suhu politik seperti sekarang ini, melihat Bapak berdua saling merangkul  adalah moment yang mengharukan sekali.
 Pak Prabowo dan Pak Jokowi,
 Bapak-bapak tentu memahami bahwa di social media, kita melihat begitu  panasnya suasana menjelang pilpres. Masyarakat sepertinya akan terbelah  menjadi dua kubu yang berseberangan. Berbagai berita tentang persekusi  menghiasi berita-berita di TV. Tapi ketika melihat Bapak-bapak  berpelukan, saya langsung optimis bahwa permasalahan dua kubu ini akan  sangat mudah diselesaikan. Sikap kenegarawanan yang telah diperlihatkan  Bapak-bapak tadi telah membuktikannya.
 Inisiatif Hanifan memeluk  Bapak berdua, secara ajaib telah menurunkan suhu politik yang panas.  Mungkinkah Hanifan melakukan hal tersebut hanya spontanitas dan tanpa  direncanakan? Mungkin ya, mungkin juga tidak. Tapi satu hal yang saya  yakini, tindakan Hanifan Yudani tersebut sangat mewakili hati seluruh  warga negara Indonesia yang merindukan kedamaian di negeri ini. Saya  sangat percaya itu
 Pak Prabowo dan Pak Jokowi
 Pencak silat adalah olahraga asli negeri Indonesia. Pernahkah terpikir  oleh Bapak berdua bahwa spirit para leluhurlah yang telah menuntun  Hanifan untuk melakukan semua itu. Para leluhur sampai datang dan turun  tangan untuk mengingatkan bahwa kita boleh berbeda pilihan tapi  perbedaan itu sama sekali tidak layak untuk membuat negeri kita sampai  terbelah.
 Saya kagum pada Hanifan yang telah menyumbang emas ke  29 untuk negeri ini. Saya kagum pada nyali Hanifan yang tanpa menyerah  mengalahkan pesilat Vietnam yang tangguh. Saya kagum pada nyali Hanifan  yang dengan percaya dirinya mengajak tokoh-tokoh besar negeri ini untuk  berpelukan bersama.
 Saya tentu juga kagum dengan kenegarawanan  Bapak-bapak. Satu pelukan hangat langsung memberi kesejukan pada hati  sebuah negeri. Terima kasih Pak Prabowo. Terima kasih Pak Jokowi karena  telah mengajarkan pada kami contoh kenegarawanan. Terima kasih karena  telah memberi contoh keteladanan bagi generasi penerus. Pelukan  bersejarah ini sangat memberi arti yang dalam di hati saya dan semua  orang yang melihatnya. Saya sampe nangis loh, Pak
 Salut dan bangga saya tujukan pada Ibu Megawati yang juga hadir di acara itu dan  nampak berbahagia melihat moment istimewa tersebut. Sering-seringlah  Bapak-bapak bertemu satu sama lain. Kalau satu pelukan saja sudah sangat  memberi kesejukan pada rakyat, pelukan kedua dan seterusnya pasti akan  menjamin bahwa negeri ini akan senantiasa penuh dengan kedamaian.