Pilihan Jokowi untuk mendampinginya sebagai cawapres adalah Ma'ruf Amin. Keputusan ini sangat mengejutkan setidaknya bagi pendukung Ahok. Semua orang tidak akan pernah lupa bahwa Ma'ruf inilah si pembuat fatwa yang mengatakan Ahok adalah penista agama. Ahok adalah sahabat sejati Jokowi, lalu kenapa Jokowi memilih Ma'ruf?
Politik memang tidak mudah. Permainannya penuh strategi seperti permainan catur sebagai simbol peperangan. Kalau semuanya terserah Jokowi maka dia akan memilih Ahok sebagai cawapresnya. Seandainya tidak pun, saya rasa dia akan lebih senang memilih Sri Mulyani atau Susi Pudjiastuti. Tapi toh Jokowi tetap memilih Ma'ruf yang secara tersamar sebetulnya adalah musuhnya. Kenapa demikian?
Persoalannya sangat rumit. Secara umum, presiden kita ini sudah benar-benar pusing kepala dengan strategi kasar PKS dengan movement #2019GantiPresiden. Pakde juga sangat terganggu dengan demo berjilid-jilid dari pasukan bersorban.Â
Itu sebabnya, Pak De punya dua agenda supaya pemerintahannya tenteram, 1. Melibas PKS 2. Membungkam PA 212 yang selalu membawa-bawa agama dan menyerang dirinya sebagai anti islam.
Pakde memang sudah berusaha memecah-belah lawannya dengan mengundang sebagian Petinggi Persaudaraan Alumni 212, FPI dan Gerakan Nasional Pengawal Fatwa Ulama. Pertemuan itu berlangsung hari Minggu, Tanggal 22 April 2018, di istana Bogor namun hasilnya belum maksimal. Riziek Shihab memang telah disingkirkan ke tanah Arab tapi dia masih tetap berkoar-koar dari jauh.Â
Bahkan kubu oposisi secara berkala masih mengunjungi Riziek untuk diajak berunding. Itu sebabnya Jokowi butuh wapres yang mendampinginya nanti adalah orang yang (dianggap) relijius, disegani oleh PKS dan PA 212, dia juga harus berasal dari ormas islam terbesar.
Setelah menghitung-hitung dengan cermat ternyata tokoh yang paling tepat justru berada di kubu musuh. Dialah Ma'ruf Amin. Rasanya tidak ada pilihan yang lebih baik. Ma'ruf adalah Ketua MUI, dia juga mantan politisi degan pengalaman panjang, dia juga warga Nahdiyin, dia juga alumni 212, dia adalah tokoh agama yang tentunya sulit dilabeli anti islam. Semua yang dibutuhkan ada pada Ma'ruf. Ma'ruf si pembuat fatwa pada gubernur Jakarta. Ma'ruf yang telah menjebloskan sahabatnya ke penjara dengan gelar penista agama.
Namun politik adalah politik! Suka tidak suka, strategi ini harus dijalankan. Mulailah Jokowi melakukan pendekatan pada Kyai ini, Perlahan tapi pasti Ma'ruf masuk ke dalam perangkap. Mereka berdua nampak sangat akrab. Berbagai kunjungan ke pesantren dan berbagai acara keagamaan dilakukan oleh mereka.Â
Di berbagai kesempatan bahkan Jokowi berjalan sambil menggenggam tangan Ma'ruf. Dalam beberapa event, beberapa kali Ma'ruf mengeluarkan pernyataan yang membela Sang Presiden. Semua tindakan kyai ini diperhatikan dengan seksama oleh Jokowi sebagai bahan review calon alternatif cawapres.
Jokowi akhirnya bulat tekadnya untuk memilih Ma'ruf sebagai cawapres. Tapi bagaimana reaksi pendukung Ahok? Mereka pasti menolak keras pilihan itu. Dengan otaknya yang licin, Jokowi kembali menyusun skenario.Â