Saya menyambut tangannya tapi di luar dugaan Fuad menarik lalu mencium kedua pipi saya. Sebetulnya malu rasanya dicium seperti itu tapi saya tidak protes apa-apa. Dan Fuad juga terlihat biasa saja. Gayanya seakan itu adalah kegiatan yang sangat biasa terjadi di antara kami.
"Sebetulnya Waisak itu hari raya apa sih, Yo?" tanya Fuad lagi.
"Waisak adalah hari suci buat Umat Budha. Di hari ini, kami memperingati 3 peristiwa penting sekaligus. Pertama lahirnya Sang Budha. Kedua, mengenang saat Sang Budha mendapat pencerahan sempurna. Dan ketiga, wafatnya Sang Budha," jawab saya.
"Oh, begitu. Â Kenapa Mama kamu nggak pergi ke klenteng? Klenteng itu juga untuk Umat Budha, kan?"
"Iya betul."
"Lalu apa bedanya klenteng dan vihara?" Dari nada suaranya, Fuad terdengar serius.
"Vihara adalah tempat peribadatan Umat Budha yang arsitekturnya bergaya India. Kalau masuk ke dalam vihara, kamu hanya akan menemukan patung Sang Budha. Kalaupun ada patung lain, itu biasanya patung dua muridnya yang mengapit di kiri dan kanannya."
"Kalau klenteng?"
"Klenteng mempunyai arsitektur Tiongkok dan biasanya dicat warna-warni dengan dominasi warna merah yang mencolok. Klenteng tidak hanya menjadi tempat peribadatan tapi juga tempat orang-orang Cina menjaga dan memelihara budayanya."
"Oh, begitu. Tapi tempat peribadatannya sama?"
"Beda sedikit."