Hari ini adalah hari Waisak. Hari yang sangat penting bagi Umat Budha. Setiap Waisak biasanya kami sekeluarga pergi ke vihara untuk melakukan peribadatan di sana. Tapi sekarang? Â Mana mungkin Papa ditinggal? Setelah berunding, akhirnya kami memutuskan untuk membagi diri. Mama dan Cindy pergi ke vihara dan saya tetap menjaga Papa.
Saya duduk di samping Papa lalu membacakan cerita dari buku karya Agatha Christie yang judulnya "And Then There Were None." Seperti novel karangannya yang lain, buku ini merupakan cerita misteri yang ditulis dengan sangat cerdas dan membuat pembacanya turut berpikir.
Kisahnya sebetulnya simple saja, yaitu tentang 10 orang yang diundang ke sebuah pulau. Kemudian satu persatu para tamu terbunuh secara misterius. Akibatnya tamu yang tersisa menjadi saling mencurigai satu sama lain. Di setiap kesempatan, Sang penulis juga memaparkan sisi-sisi kelam dari setiap tamu undangan sehingga pembaca dibekali data untuk ikut menerka-nerka, siapa sebetulnya pembunuh berdarah dingin itu.
"Yoyo!" Sekonyong-konyong Suster Aida, Sang Kepala Perawat di area paviliun itu masuk dengan tergopoh-gopoh.
"Ya, kenapa Suster?" tanya saya sambil menurunkan buku yang sedang saya baca.
"Maaf mengganggu, Yo. Sore ini ini Papa kamu kan harus transfusi, tapi ternyata stok darah kami yang golongan AB kosong."
"Waduh! Jadi bagaimana dong, Suster?"
"Bisa nggak kamu ke PMI untuk beli darah di sana?"
"Tapi nanti siapa yang jaga Papa?" tanya saya kebingungan.
"Kalau kamu bisa ke PMI, saya sendiri yang akan menjaga Pak Yo. Kamu nggak usah kuatir."
Walaupun ragu untuk meninggalkan Papa, nampaknya saya tidak punya pilihan lain dan berkata, "Baiklah kalau begitu."