Perang Rusia dan Ukraina yang terjadi belakangan ini sangat meresahkan bagi banyak masyarakat dunia karena dampaknya bukan hanya dirasakan masyarakat yang mengalami perang, tetapi masyarakat seluruh dunia. Perang yang terjadi ini disebabkan oleh banyak faktor.Â
Faktor yang paling menonjol adalah karena Amerika Serikat mulai melakukan pendekatan dengan Ukraina dan akhirnya membangun pos militer yang berdekatan dengan wilayah Rusia. Hal ini juga berarti bahwa Ukraina akan bergabung dengan North Atlantic Treaty Organization (NATO) dan membuat Rusia tidak nyaman dengan hal itu sebab kekuasaan mereka akan terancam untuk kawasan itu.Â
Ditambah dengan berbagai alasan lainnya, maka perang antara Rusia dan Ukraina pun tidak terelakkan. Hal ini tentunya sangatlah disayangkan sebab Rusia lebih memilih cara kekerasan untuk menunjukkan kekuasaanya seolah-olah masih berada dalam kejayaan Uni Soviet dahulu. Perang ini kemudian banyak dikecam oleh warga dunia sebab banyak kerugian yang dihasilkan terutama di Kiev sebagai ibu kota Ukraina.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah melakukan banyak hal, tetapi tidak bisa membuat Rusia berhenti menyerang Ukraina.  Indonesia sebagai salah satu  negara dengan tujuan dasar mendukung perdamaian dunia pun mencoba mempertemukan Putin sebagai presiden Rusia dan Zelensky sebagai presiden Ukraina, tetapi rencana itu pun gagal pelaksanannya. Bahkan ketika Joko Widodo sebagai presiden Indonesia sampai datang ke kedua negara tersebut, tetapi tetap hasilnya tidak berbuah manis.Â
Indonesia mendukung perdamaian kedua negara ini sebab Indonesia memegang teguh piagam PBB dan hukum internasional yang berpatokan pada kemanusiaan dan perdamaian dunia. Adanya ego yang tinggi dari kedua negara itu tidak mampu meluluhkan hati mereka untuk menciptakan perdamaian di antara mereka. Hal ini tentunya menjadi masalah besar bagi Uni Eropa sebab kedua negara yang beseteru ini adalah bagian dari mereka. Uni Eropa harus membuat keputusan yang tepat sebagai penanganan dari perang Rusia-Ukraina ini.
Hubungan antara Indonesia dan Uni Eropa berjalin dengan sangat baik sebelum perang Rusia-Ukraina, tetapi tentunya hubungan ini semakin renggang sebab kerugian yang dialami oleh kedua pihak. Uni Eropa tidak bisa mendapatkan sumber energi mereka dari Rusia dan Indonesia mengalami penurunan kerjasama ekonomi dengan Uni Eropa, terutama dalam sektor ekonomi. Indonesia sebagai negara dengan asas netralitas yang dimilikinya tentunya berhak dalam memilih ingin berhubungan dengan negara apa dan Eropa dilirik karena memiliki potensi yang sangat besar dalam perkembangan Indonesia kedepannya.Â
Menurut Primadhyta (2022) dalam artikel CNN berjudul " Harga Pupuk NPK Diprediksi Naik Imbas Perang Rusia-Ukraina" dikatakan bahwa Eropa mengalami kelangkaan energi yang dikarenakan Rusia menjadi salah satu eksportir terbesar komoditas energi seperti minyak, gas, dan batu bara, yang mana sekarang dilarang perdagangannya karena sanksi dari Amerika Serikat dan negara-negara sekutunya.Â
Kemudian, komoditas pupuk juga mengalami kelangkaan yang mana mempengaruhi 20% perdagangan pupuk internasional, sehingga menciptakan kekurangan pupuk di berbagai negara. Indonesia tentunya juga mengalami pasokan energi dan pupuk yang berkurang akibat hal ini. Meskipun kita memiliki stok dalam negeri, tetapi itu tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri kita.Â
Selain itu, menurut Tiara dan Mas'udi (2023) dalam jurnalnya yang berjudul "Diplomasi Indonesia dalam Konflik Rusia - Ukraina: Sebuah Kajian Tentang Soft-Power" dikatakan bahwa Rusia dan Ukraina merupakan penghasil 1/3 gandum  dan 75 persen dari persediaan minyak bunga matahari dunia. Indonesia juga membutuhkan bahan-bahan itu sebagai salah dua sumber pangannya. Hal ini membuat Indonesia harus memutar otak untuk mencari jalan keluar dari masalah ini.
Uni Eropa akan menjadi ketergantungan dengan negara lain di luar Rusia dan Ukraina karena mereka membutuhkan beberapa barang penting, tetapi jadi sulit didapatkan karena perang yang terjadi. Di sinilah peran Indonesia sangat dibutuhkan sebab Indonesia memiliki banyak sumber daya baik energi, pangan, dan lainnya yang bisa membantu memenuhi kebutuhan Uni Eropa. Meskipun, pada suatu sisi kita juga membutuhkan sumber daya yang ada untuk kebutuhan dalam negeri kita.Â
Kita memiliki banyak sumber energi alternatif, seperti angin,air,matahari, panas bumi, dan lainnya yang jika dimanfaatkan dengan serius maka kita bisa membantu menangani krisis energi Uni Eropa saat ini. Uni Eropa memang tidak sehebat Amerika Serikat dan China dalam pengaruhnya di dunia internasional, tetapi mereka berperan dalam membuat aturan dunia internasional yang memengaruhi banyak bidang yang ada. Saya percaya bahwa Uni Eropa bisa keluar dari krisis ini secepatnya.
Uni Eropa memang memiliki caranya tersendiri dalam menyelesaikan masalahnya dan Indonesia bisa membantu lewat yang bisa dilakukannya tanpa memaksa dirinya untuk menjadi serupa dengan Uni Eropa. Indonesia yang berusaha menjadi penengah dalam kasus ini sudah tepat tindakannya sebab sudah berani untuk menyelesaikan kasus ini, tetapi memang hasilnya belum maksimal sebab pihak yang berperang memandang Indonesia belum memiliki kekuatan yang cukup dalam menyelesaikannya.
 Indonesia sudah menjadi teman yang baik bagi Uni Eropa sejak lama dan sebagai teman yang baik, tentunya tidak akan tinggal diam jika temannya sedang dalam masalah. Indonesia membuktikan bahwa hubungannya dengan Uni Eropa bukan hanya persoalan hubungan bilateral saja, tetapi terkait menciptakan dunia yang lebih baik.
Jadi, kesimpulan yang bisa kita ambil adalah bahwa hubungan Indonesia dan Uni Eropa sudah berjalan dengan sangat baik sejauh ini dan perang Rusia-Ukraina hanyalah sebuah cobaan kecil untuk menguji hubungan ini.Â
Indonesia sedang berproses untuk menjadi negara yang membantu Uni Eropa dalam kasus ini. Tentunya, Indonesia tidak boleh melupakan urusan dalam negerinya agar tidak terjadi ketimpangan akan fokus utamanya. Saya berharap bahwa perang ini akan segera berakhir dan hubungan Indonesia dengan Uni Eropa bisa berjalan baik seperti dahulu bahkan jadi lebih kuat kedepannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H