Mohon tunggu...
Joe Artero
Joe Artero Mohon Tunggu... Lainnya - Orang Biasa

| Seni | Musik | Beladiri | Pejuang Kesehatan Mental | Psikologi | Ilmu Komunikasi | Slave of Humanity |

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Tak Ada Hasrat Untuk Bersosial, Siapa Lagi Kalau Bukan Si Gangguan Kepribadian Schizoid

30 Januari 2025   00:44 Diperbarui: 30 Januari 2025   18:25 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Pernah nggak bertemu orang yang sepertinya tidak memiliki ketertarikan untuk terlibat dalam aktivitas sosial? Gimana perasaan kamu ketika bertemu dengan orang seperti itu? Langsung menganggap kalau dia sombong? Aneh? Langsung ngerasa sebel? Ya, itu tadi adalah sebagian kecil tanda yang paling nampak dari orang dengan Schizoid Personality Disorder. Apa itu?

Personality Disorder

Sebelum melangkah lebih jauh, mari berkenalan dahulu dengan yang namanya Personality Disorder atau Gangguan Kepribadian. Menurut DSM-V (2022), kitab sucinya para psikolog dan psikiater, gangguan kepribadian adalah pola perilaku yang cenderung kaku, menyimpang dari norma dan budaya, serta dapat bertahan lama, sehingga menyebabkan individu mengalami kesulitan dalam kehidupan pribadinya. Nevid (2021), dalam bukunya juga mengatakan bahwa pola perilaku yang kaku ini cenderung membuatnya yakin bahwa orang lainlah yang harus menyesuaikan dirinya, bukan sebaliknya.

Ada tiga cluster dalam gangguan kepribadian, yakni gangguan cluster A, B, dan C. Cluster A merupakan pengelompokkan gangguan kepribadian berdasarkan karakteristiknya yang eksentris. Cluster B adalah merupakan pengelompokkan gangguan kepribadian berdasarkan karakteristiknya yang dramatis. Sementara cluster C merupakan pengelompokkan gangguan kepribadian berdasarkan karakteristiknya yang pencemas.

Belum diketahui secara pasti apa penyebab dari gangguan kepribadian, namun dalam buku karya Kartini (2019) mengatakan bahwa penyebab terbesar dari munculnya gangguan kepribadian adalah karena faktor hereditas (keturunan) dan pengaruh pengalaman di masa kanak-kanak. Benturan pada kepala di masa kanak-kanak dan hubungan keluarga yang tidak harmonis juga disebut ikut berkontribusi pada munculnya gangguan kepribadian.

Schizoid Personality Disorder

Menurut DSM-V (2022) gangguan kepribadian skizoid (schizoid personality disorder) adalah sebuah gangguan dimana individu memiliki pola keterpisahan dari hubungan sosial serta rentang ekspresi emosional yang terbatas. Gangguan ini masuk dalam cluster A, yakni kepribadian yang eksentrik. Gangguan ini memiliki ciri khas, diantaranya:

  • Tidak adanya kemauan dan gairah pada hubungan interpersonal, bahkan pada anggota keluarga sekalipun.
  • Hampir selalu memilih aktivitas-aktivitas yang dilakukan secara sendiri/individual.
  • Tidak terlalu tertarik, bahkan bisa saja tidak tertarik sama sekali, dengan aktivitas seksual dengan orang lain.
  • Hanya dapat menikmati sedikit kegiatan saja.
  • Cenderung tidak memiliki teman dekat di luar orang-orang yang memang sudah sedari dulu dekat dengannya (contohnya kakak, adik, orangtua, dll).
  • Tidak terlalu peduli (cenderung acuh) ketika mendapatkan pujian atau kritikan.
  • Kurang ekspresif sehingga tampak dingin, kurang emosional, dan datar.
  • Pola-pola di atas juga menetap dan tidak terjadi akibat gangguan kejiwaan lainnya, serta tidak timbul karena pengaruh obat-obatan tertentu.

Orang dengan gangguan skizoid memang selalu tidak tertarik pada hubungan-hubungan interpersonal. Dengan kata lain, mereka sendiri tidak mau terlibat atau terikat pada relasi dengan orang lain. Oleh karena itu, seringkali hal ini juga mengganggu kehidupan personal mereka. Ekspresi emosional yang dangkal juga seringkali menciptakan stigma tersendiri, yang paling umum adalah dianggap sebagai orang yang sombong atau angkuh. Meski begitu, orang yang memiliki skizoid umumnya merasa baik-baik saja. Mereka menganggap bahwa diri mereka tidak bermasalah sehingga banyak yang tidak terdeteksi dan tidak mendapatkan perawatan yang semestinya. 

Gangguan kepribadian skizoid biasanya dapat terlihat ketika masih anak-anak dan remaja, dimana mereka biasanya juga menunjukkan pola-pola perilaku yang terpisah dari hubungan dengan rekan sebayanya. Gangguan ini juga diketahui lebih umum terjadi pada pria. Hal ini tentunya juga semakin diperparah dengan konstruksi budaya, dimana pria umumnya dituntut untuk menjadi "kuat" dan tidak boleh menunjukkan kerentanan secara emosional.

Belum diketahui secara pasti apa penyebab dari gangguan ini. Meski begitu, melansir dari WebMD (2023), faktor genetik dan lingkungan berpengaruh besar pada munculnya gangguan kepribadian skizoid. Pada individu yang secara keturunan ada riwayat mengalami gangguan schizophrenia dan gangguan spektrum autisme memiliki potensi yang lebih besar untuk mengalami gangguan skizoid ini. Potensi akan semakin tinggi lagi apabila orangtua memiliki riwayat mengalami gangguan skizoid, schizotypal, atau schizophrenia. Lingkungan juga dipercaya memiliki peran besar, seperti kurangnya kasih sayang atau perhatian dari orangtua.

Apakah Schizoid Personality Disorder Bisa Sembuh?

Nah, ini tergantung dari bagaimana kita mendefinisikan sembuh itu sendiri. Apakah yang dimaksud dengan sembuh adalah hilangnya secara keseluruhan dari gangguan ini? Sama halnya ketika kita pilek kemudian minum obat flu dan beberapa hari kemudian pileknya hilang? Kalau itu definisi dari sembuh, maka jawabannya adalah tidak. Sama seperti gangguan kepribadian lainnya, gangguan kepribadian skizoid juga merupakan pola yang sudah tertanam dan sulit sekali dihilangkan. Distorsi kognitif akan tetap ada.

Namun kalau kita mendefinisikan sembuh sebagai sesuatu hal yang bisa dikendalikan, maka jawabannya adalah iya. Sama halnya seperti penyakit jantung. Orang dengan penyakit jantung umumnya tidak bisa sembuh, namun penyakit tersebut bisa dikendalikan dengan terapi-terapi tertentu sehingga bisa beraktivitas seperti biasanya. Skizoid pun demikian, meskipun tetap ada, namun gangguan ini dapat dikendalikan dan orang yang memiliki pun bisa beraktivitas selayaknya manusia sehat pada umumnya. Lantas, bagaimana cara mengendalikannya? Ya tentunya dengan terapi-terapi tertentu sesuai anjuran profesional. Beberapa sumber menyebutkan bahwa terapi seperti psikoterapi dan farmakoterapi dapat membantu orang dengan gangguan ini.

Nah, demikian tadi penjelasan singkat mengenai Schizoid Personality Disorder atau Gangguan Kepribadian Skizoid. Sebuah gangguan yang membuat orang dapat mengalami keterpisahan secara sosial dan range emosi yang terbatas. Gangguan ini bisa dialami oleh siapa saja, meskipun resiko terbesar ada pada laki-laki. Pertanyaan selanjutnya adalah apa tugas kita sebagai masyarakat apabila ada orang terdekat mengalami gangguan ini?

  • Pastikan ia mendapatkan penanganan oleh profesional. Meskipun umumnya akan sangat sulit untuk mendorong orang yang mengalami gangguan ini untuk pergi ke psikolog atau psikiater, namun tidak ada salahnya mencoba memberi masukan tanpa memaksa atau menghakimi.
  • Belajar mendengar tanpa menjustifikasi. Hal ini tentunya akan membuka peluang bagi orang terdekat untuk dapat mempercayakan persoalan pribadi mereka sehingga kita bisa mendampingi bahkan ikut dalam proses pemulihan kondisi psikis mereka.
  • Ubah stigma soal gangguan kejiwaan yang selama ini selalu berkonotasi negatif. Jadilah bagian dari agen masyarakat penyebar informasi positif mengenai hal ini sehingga bersama kita bisa menyadarkan masyarakat akan pentingnya menjaga kesehatan mental.
  • Miliki gaya hidup yang sehat baik secara fisik maupun mental supaya kita bisa dengan sigap membantu bagi siapa saja yang membutuhkan.

Referensi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun