Mohon tunggu...
Joe Artero
Joe Artero Mohon Tunggu... Lainnya - Orang Biasa

| Seni | Musik | Beladiri | Pejuang Kesehatan Mental | Psikologi | Ilmu Komunikasi | Slave of Humanity |

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Kondisi Ekonomi Masih Carut-Marut Kok Bahas Mental Health, Emang Penting?

10 Desember 2024   03:35 Diperbarui: 10 Desember 2024   16:12 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

"Ah... dasar lemah.. Masa gitu doang langsung nyerah.."

"Kamu masih mending... lah aku..."

"Ngapain ke psikolog.. sini cerita sama aku aja.."

"Dikit-dikit mental health.. dikit-dikit mental health.."

Pasti sering kan mendengar ungkapan-ungkapan semacam itu? Saya sendiri sering mendengarnya dari lingkungan sekitar. Biasanya kalimat-kalimat tadi terucap saat ada rekan atau saudara yang sedang mengalami perasaan down. Hmm... barangkali niatnya mau memberi semangat? Atau memang risih dengan celotehan sedih seseorang yang sedang jatuh? Atau malah menganggap remeh peristiwa orang lain? Entahlah, saya sendiri juga bingung. Tapi terlepas dari apapun alasannya, sebenarnya apakah kesehatan mental sendiri itu emang penting?

Kesehatan Mental

Untuk menjawab pertanyaan tadi, mari kita kulik dulu sedikit apa sih kesehatan mental itu? Saya akan merangkum beberap definsi dari berbagai sumber. Menurut WHO, kesehatan mental adalah sebuah kondisi mental yang sejahtera sehingga memungkinkan seseorang mampu mengatasi tekanan hidup, mampu menyadari kemampuan dirinya, mampu belajar dan bekerja dengan baik, serta mampu memberikan kontribusi terhadap lingkungannya. Sementara menurut UNICEF, kesehatan mental adalah bagian yang sangat penting bagi kesehatan dan kesejahteraan seseorang secara menyeluruh. Versi Indonesianya, kita punya Undang-Undang Nomor 17 tahun 2023 tentang Kesehatan yang mendefinisikan kesehatan mental sebagai kondisi dimana seorang individu dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut menyadari kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja secara produktif, dan mampu memberikan kontribusi untuk komunitasnya (mirip-mirip definsi dari WHO ya?).

Bila melihat definisi-definisi di atas, kesehatan mental faktanya memang merupakan aspek penting dalam kehidupan kita. Atau bisa dibilang bahwa tidak mungkin seseorang bisa dianggap sehat sepenuhnya kalau kondisi mental sendiri tidak sehat. Istilah kerennya, "There is no health without mental health". Kaitannya dengan itu, mari kita sekarang lihat data-data mengenai kesehatan mental yang sudah ada.

Fakta dalam Data

WHO (2022) dalam bukunya "Addressing Mental Health in Indonesia" menuliskan bahwa di tahun 2018 saja terdapat sekitar 6,1% penduduk mengalami depresi. Parahnya, hanya 9% dari penderita tersebut yang mendapatkan akses ke perawatan.

Indonesia sendiri juga sebenarnya ada survei serupa. Terbaru adalah dari Survei Kesehatan Indonesia (SKI) tahun 2023 dan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018. Pada SKI 2023, prevalensi kasus depresi di Indonesia sebesar 1,4% dengan jumlah tertinggi ada pada kelompok anak muda (15-24 tahun), yakni sebesar 2%. SKI 2023 juga menemukan bahwa setidaknya terdapat 61% anak muda dengan depresi memiliki pemikiran untuk bunuh diri. Namun, meski anak muda ada pada prevalensi yang paling tinggi, cuma 10,4%-nya yang menjalankan perawatan. Sementara menurut Riskesdas 2018, prevalensi penduduk yang mengalami depresi adalah sebesar 6,1% dengan prevalensi pada anak muda (15-24 tahun) sebesar 6,2%. Dari total prevalensi tadi, hanya 9%-nya yang menjalani perawatan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun