Mohon tunggu...
Joe Artero
Joe Artero Mohon Tunggu... Lainnya - Orang Biasa

| Seni | Musik | Beladiri | Pejuang Kesehatan Mental | Psikologi | Ilmu Komunikasi | Slave of Humanity |

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Eksibisionisme - Ketika yang Private Tak Lagi Private

25 Oktober 2024   00:08 Diperbarui: 10 Desember 2024   02:35 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Viral video syur wanita bercadar hitam melakukan eksibisionisme di area terbuka di perkebunan teh Ciwidey, Bandung. Dalam video 39 detik itu, wanita tersebut buang air kecil sambil memvideokan alat kelaminnya di siang hari dalam kondisi ramai. Baju bagian dada terbuka sehingga memperlihatkan bagian belahan payudara." (Tribunjateng.com, 2023).

"N (23), mahasiswa di salah satu perguruan tinggi negeri di Lampung diamankan atas kasus eksebisionis pada Selasa (1/10/2024). Dia ditangkap setelah videonya pamerkan alat kelamin di kasir minimarket, viral di media sosial." (Kompas.com, 2024).

"Beredar postingan di media sosial seorang pengendara motor memamerkan alat kelaminya. Parahnya aksi eksibisionis tersebut dilakukan di hadapan siswa perempuan di Kota Batu." (Detik.com, 2024).

Potongan tiga berita di atas hanyalah segelintir contoh dari banyaknya kasus memamerkan alat genital di depan umum. Kasus semacam ini cukup menyita perhatian masyarakat karena hal ini dianggap tidak lazim. Banyak juga anggapan yang kemudian muncul dimana perilaku semacam ini diasosiasikan dengan gangguan jiwa. Namun apakah benar demikian? Apakah menunjukkan alat genital di depan publik merupakan indikasi dari gangguan kejiwaan tertentu? Apa penyebabnya? Mari kita ulas bersama.

Gangguan Kejiwaan

Sebelum menyelam lebih jauh, mari kita kenal lebih dekat dahulu, apa sih gangguan kejiwaan itu. WHO (2022) dalam artikelnya menjelaskan bahwa "gangguan kejiwaan/gangguan mental adalah sebuah keadaan yang ditandai dengan gangguan signifikan secara klinis pada area kognisi, regulasi emosi, atau perilaku seseorang". Hal ini senada dengan yang dijelaskan oleh DepKes RI (2023) yang mengatakan bahwa "gangguan jiwa adalah suatu perubahan pada fungsi jiwa yang menyebabkan adanya gangguan pada fungsi jiwa, sehingga dapat menimbulkan penderitaan pada individu dan/atau hambatan dalam melaksanakan peran sosial". Makarim (2024), seorang dokter yang menuliskan artikelnya di HaloDoc juga mendefinsikan gangguan kejiwaan sebagai "sindrom atau sekelompok gejala yang memengaruhi pikiran, perasaan, dan perilaku seseorang sehingga menyebabkan disfungsi dalam menjalankan aktivitas sehari-hari". Jadi bisa disimpulkan bahwa gangguan jiwa adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami gangguan dalam aspek kognitif, afektif, dan konatif sehingga cara berpikir, cara meregulasi emosi, dan cara berperilakunya lain dari orang normal pada umumnya dan tentunya hal ini sangat berpengaruh baik bagi penderita itu sendiri maupun bagi lingkungan.

Nah, sudah tahu kan sekarang apa itu gangguan kejiwaan? Jadi apakah perilaku memamerkan alat genital ini juga termasuk gangguan kejiwaan? Jawabannya adalah YA. Gangguan ini sebenarnya sudah termuat dalam DSM-V, "kitab sucinya" para pskiater dan psikolog. Dalam DSM-V, gangguan semacam ini termasuk dalam rumpun Paraphilic Disorders atau Gangguan Parafilia. Gangguan parafilia merupakan gangguan terhadap hal-hal yang berhubungan dengan hal-hal seksual, termasuk imajinasi hingga gairah kuat yang terjadi secara terus menerus terhadap benda, anak dibawah umur, stimulasi melukai tubuh, hingga fantasi berhubungan seksual dengan objek yang tidak wajar (Novita et al., dalam Ardiansyah et al., 2023). Gangguan parafilia ini menurut Ardiansyah et al., (2023) terjadi karena berbagai penyebab, diantaranya:

  • Trauma akibat pelecehan dan kekerasan seksual di masa lalu, bahkan beberapa kasus terjadi pada masa anak-anak.
  • Terpapar kondisi, lingkungan atau objek secara terus menerus dengan kegiatan seksual yang cenderung menyimpang.
  • Masalah traumatis mengenai hubungan dengan lawan jenis.
  • Keinginan untuk mendapatkan validasi terhadap suatu hal tertentu akibat dari penerimaan informasi atau pemahaman yang salah.
  • Adiksi konten pornografi.

Penjelasan di atas senada dengan yang dijelaskan oleh Daud (2016) dalam artikelnya yang menjelaskan bahwa meskipun gangguan parafilia ini juga dapat berasal dari faktor nature, namun faktor nurture menjadi penentu yang paling kuat apakah seseorang dapat mengembangkan indikasi mengidap gangguan ini.

Gangguan parafilia ini sendiri sebenarnya merupakan umbrella term yang merujuk pada beberapa gangguan tertentu. Salah satunya ya eksibisionisme ini. Eksibisionisme adalah gangguan spesifik yang menjelaskan perilaku memamerkan alat genitalnya di depan publik. Yuk, kita bahas lebih dalam lagi.

Gangguan Eksibisionisme

Exhibisionistic disorder (gangguan ekshibisionisme) adalah gangguan yang ditandai  dengan  adanya  dorongan seksual untuk mempertontonkan bagian genital pada orang lain (APA, dalam Rozi dan Mubina, 2016). Sementara menurut Rahma dan Latif (2024), eksibionisme merupakan gangguan kejiwaan yang disebabkan karena pelaku tidak mampu untuk berinteraksi dengan baik dengan lawan jenisnya sehingga untuk memuaskan hasrat seksualnya, pelaku melakukan aksi tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun