Mohon tunggu...
Yossy FabienLeimena
Yossy FabienLeimena Mohon Tunggu... Akuntan - Mahasiswa pencinta tulisan dan hitungan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Mahasiswa FEB UMSU aktif di relawan perpustakaan dan hobi musik dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Jus Semangka

12 September 2020   11:15 Diperbarui: 12 September 2020   11:18 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

                     Lagi-lagi Riki kembali ke warung Ali untuk membeli jus semangka. Ali tidak bosan untuk melayaninya. "Om, pesan lagi ya jus semangkanya," kata Riki. Ali hanya tersenyum dan pergi membuat jus semangkanya. Setelah jus semangkanya selesai Riki hendak membayar namun Ali menolaknya.

                     "Loh, kok om tidak mau menerima uang saya?," tanya Riki kebingungan. Ali dengan santai menjelaskan," kamu ini masih kecil dik, om merasa malu kalau harus buat kamu mengeluarkan uang walaupun sedikit, kamu tenang saja dik, alhamdulillah warung om selalu ramai pengunjung, jadi om tidak apa-apa harus menggratiskan jus semangka untukmu,".

                     Riki merasa senang mendengar Ali ikhlas menggratiskan jus semangkanya. Riki berterimakasih dan langsung pergi. Setiap hari kecuali hari Minggu Riki selalu datang ke warung Ali membeli jus semangka. Ali tak pernah merasa bosan melayaninya karena ia tahu ini amanah dari mendiang ayahnya.

                     Dua tahun kemudian, Ali berhasil menyulap warung nasinya menjadi kafe yang megah. "Alhamdulillah aku berhasil mengembangkan warung ayah menjadi kafe," gumam Ali.

                     Meski sudah sukses membangun kafe, Ali masih teringat sosok Riki yang dulu selalu membeli jus semangka. "Bocah yang suka membeli jus semangka itu apa kabarnya ya? sejak warung mulai direnovasi enam bulan lalu aku tidak pernah bertemu dengannya," tanya Ali dalam hati.

                     Ali memulai operasional kafenya meski bertanya-tanya akan kabar Riki. Dua minggu kemudian saat Ali hendak menutup kafenya, seorang wanita datang menghampirinya.

                    "Permisi mas, mas yang namanya Ali kan? pemilik warung yang sekarang sudah menjadi kafe?," tanya wanita itu. "Betul mbak, saya sendiri," jawab Ali. Wanita itu tak lain adalah Aina, kakaknya Riki. Ia mendadak menangis di hadapan Ali.

                    "Loh mbak mengapa menangis?," tanya Ali. Sambil terisak, Aina bertanya kepada Ali apakah ia mengenal dengan bocah yang suka membeli jus semangka padanya. Ali lantas menjawab bahwa ia mengenal betul bocah itu. "Bocah itu adik saya mas, dia sudah meninggal dua bulan setelah mas menutup warung untuk dijadikan kafe," tutur Aina.

                    Ali terperangah dan berduka mendengar pelanggan setianya yang dulu itu sudah tiada. "Kalau saya boleh menjelaskan, adik saya itu sudah mengidap leukemia sejak usia lima tahun mas, dia sebenarnya sudah sakit-sakitan saat dia sering membeli jus semangka sama mas, jus semangka yang dia beli itu bukan dia minum namun diberikan kepada saya sebagai bahan membuat manisan mas, alhamdulillah saya sekarang saya sudah sukses membangun usaha manisan sendiri biarpun adik saya tak sempat melihatnya karena keburu meninggal dunia," Aina menjelaskan semuanya.

                    Ali menangis mendengar cerita dari Aina. "Betapa mulianya hati Riki, membantu sang kakak dengan jus semangka sampai sukses membangun usaha sendiri," kata Ali terharu.

                   Aina memberikan satu paket manisan untuk Ali. "Ini untuk mas sebagai balasan atas kebaikan mas sudah membantu Riki dan saya, Riki pernah berpesan kepada saya agar memberikan manisan semangka racikan saya kepada mas bila sudah berhasil punya usaha manisan, saya tidak menyangka itu adalah pesan terakhir Riki, jadi saya penuhi saja mas, sekarang saya harus ikhlas hidup sebatang kara, orangtua saya meninggal dua tahun lalu karena kecelakaan," kata Aina.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun