Mohon tunggu...
Yoss Prabu
Yoss Prabu Mohon Tunggu... Novelis - Novelis

Bukan siapa-siapa. Hanya seseorang yang hobby menulis tapi tak pernah dipublikasikan. Aktivis teater, tapi jarang-jarang kumpul dengan insan teater. Agak aneh, memang. Ya, begitu. Biarkan saja.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Musuh Kecil Kang Juhi

30 Januari 2025   07:48 Diperbarui: 30 Januari 2025   07:48 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pengantar

Kang Juhi, pedagang gorengan keliling. Tinggal seorang diri, di sebuah kamar kontrakan, di pinggiran ibukota. Namun ia bisa berada di mana saja, dan bertemu dengan siapa saja. Karena ia hanya semacam simbol yang mewakili suatu kelompok masyarakat marjinal, yang alam bawah sadarnya terkadang mengejawantah ke berbagai dimensi kehidupan. Kang Juhi mengamati lalu batinnya mengkritisi berbagai aspek kehidupan yang sering kali menyimpang menurut penalaran akal sehat Kang Juhi. Apakah penalaran batinnya bisa dipertanggungjawabkan? Perlu diskusi lebih lanjut. Karena ia hanya penjual gorengan, yang tak menarik perhatian. Dibutuhkan tatkala tak ada pilihan.

Namanya juga dongeng.

*

Musuh Kecil Kang Juhi

Di sebelah kamar Kang Juhi, tinggal Bang Munir, pria paruh baya dengan rambut yang selalu awut-awutan dan kebiasaan ngomel yang tak ada habisnya. Bang Munir adalah tukang tambal ban keliling yang sudah lebih dulu menetap di kontrakan itu. Ia dikenal galak, tapi di balik mulut tajamnya, terselip perhatian kecil yang sering membuat Kang Juhi kesal sekaligus terhibur.

Suatu malam, di kontrakan Kang Juhi. Bang Munir mengetuk pintu Kang Juhi dengan irama yang terdengar seperti rap.

"Kang Juhi! Buka pintunya, woi! Ada yang penting nih!"

Dengan enggan, Kang Juhi membuka pintu. "Apaan sih Bang? Sudah malam, saya capek."

"Capek apa? Jualan kau tadi juga sepi, kan?" kata Bang Munir sambil menyelonong masuk tanpa permisi. Ia langsung duduk di lantai seperti rumah sendiri, memandangi baskom Kang Juhi. "Kau ini sedang apa bicara sama baskom terus? Gila kau, ya?"

Kang Juhi menghela napas panjang. "Bang, ini kan baskom kesayangan saya. Tidak ada salahnya bicara sama dia. Daripada bicara sama orang yang suka nyinyir!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun