Sesi berikutnya
Penulis, Pengarang, dan Pencatat Itu Beda
Â
Sebuah Debat di Warung Tegal
Yoss Prabu
Di sebuah warung tegal (warteg) di sudut kota. Sepi. Tiga onggokan manusia tengah duduk di meja bundar, padahal panjang, dengan secangkir kopi yang mengepul di hadapan masing-masing. Mereka adalah Penulis, Pengarang, dan Pencatat. Sebuah diskusi panas telah dimulai beberapa menit lalu. Tapi bukan soal kopi, melainkan soal siapa di antara mereka yang paling penting.
"Jelas aku," ujar Penulis, sambil mengangkat gelasnya dengan percaya diri. "Akulah yang paling penting. Sebab, aku yang menciptakan artikel-artikel viral, caption Instagram penuh makna, dan skrip sinetron 1000 episode. Tanpa aku, dunia literasi pasti berantakan."
Pengarang tertawa kecil, gaya tertawanya mirip villain di sinetron yang katanya ditulis oleh Penulis. "Kamu cuma bikin kata-kata praktis. Aku ini seniman sejati! Aku melahirkan novel epik, puisi romantis, dan cerita pendek yang bikin pembaca menangis. Karyaku hidup selamanya!"
Lalu, di sudut meja, Pencatat meletakkan bolpennya. "Aku? Aku cuma mencatat, sih. Kadang catatan belanja, kadang rapat kantor. Kalau nggak dicatat, semuanya lupa. Jadi, ya... sebenarnya aku cukup penting juga."
Penulis dan Pengarang langsung memandangnya, mencoba menahan tawa. "Kamu? Alaaah.... Pencatat? Penting? Yang benar saja!" ujar Penulis sambil menggeleng-geleng.
"Kalau bukan aku," jawab Pencatat dengan santai, "siapa yang mencatat resep rahasia ibumu? Siapa yang mendokumentasikan nomor pin ATM yang lupa kamu ingat? Dan siapa yang bikin catatan rapat yang selalu diabaikan itu?"