Mohon tunggu...
Yoss Prabu
Yoss Prabu Mohon Tunggu... Novelis - Novelis

Bukan siapa-siapa. Hanya seseorang yang hobby menulis tapi tak pernah dipublikasikan. Aktivis teater, tapi jarang-jarang kumpul dengan insan teater. Agak aneh, memang. Ya, begitu. Biarkan saja.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Dimensi Alternati: Baskom yang Bisa Bicara

15 Desember 2024   14:59 Diperbarui: 15 Desember 2024   14:59 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Pengantar

Kang Juhi, pedagang gorengan keliling. Tinggal seorang diri, di sebuah kamar kontrakan, di pinggiran ibukota. Namun ia bisa berada di mana saja, dan bertemu dengan siapa saja. Karena ia hanya semacam simbol yang mewakili suatu kelompok masyarakat marjinal, yang alam bawah sadarnya terkadang mengejawantah ke berbagai dimensi kehidupan. Kang Juhi mengamati lalu batinnya mengkritisi berbagai aspek kehidupan yang sering kali menyimpang menurut penalaran akal sehat Kang Juhi. Apakah penalaran batinnya bisa dipertanggungjawabkan? Perlu diskusi lebih lanjut. Karena ia hanya penjual gorengan, yang tak menarik perhatian. Dibutuhkan tatkala tak ada pilihan.

Namanya juga dongeng.

*

 

Dimensi Alternatif: Baskom yang Bisa Bicara

Pada suatu malam yang terasa lebih sunyi dari biasanya, Kang Juhi duduk termenung di lantai kontrakannya, memandangi baskom tuanya yang sudah setia menemaninya bertahun-tahun. Minyak di tangannya masih terasa licin, sisa dari menggoreng bakwan terakhir. Tapi ada sesuatu yang berbeda malam itu.

"Juhi," tiba-tiba suara berat menggema di dalam kamar.

Kang Juhi melompat kaget. Matanya menyapu ruangan, mencari siapa yang berbicara. Namun, tak ada siapa-siapa.

"Juhi, di sini. Jangan melihat ke pintu. Aku ini baskommu," suara itu terdengar lagi.

Kang Juhi menelan ludah, memandangi baskom di depannya dengan rasa takut bercampur heran. "Baskom... bisa ngomong?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun