Mengasuh anak berkebutuhan khusus adalah perjalanan luar biasa yang membutuhkan kekuatan emosional dan pemahaman mendalam. Namun, tahukah Anda bahwa kemampuan orangtua dalam mengatur emosi bisa menjadi penentu keberhasilan perkembangan anak?
Melalui program pengabdian masyarakat di SLB Bimantara Ngantang, para mahasiswa Psikologi Universitas Negeri Malang berbagi ilmu untuk mendukung orangtua dalam mengelola tantangan emosional sehari-hari. Metode 3M (Memahami, Mengelola, Mengekspresikan) menjadi kunci utama dalam membangun lingkungan yang aman dan suportif untuk anak berkebutuhan khusus.
Mengasuh anak berkebutuhan khusus (ABK) seringkali menjadi tantangan besar bagi orangtua. Selain memerlukan pemahaman mendalam mengenai kebutuhan anak. Kemampuan mengatur emosi atau dikenal dengan sebutan regulasi emosi menjadi salah satu kunci keberhasilan dalam mendukung perkembangan anak dan menghadapi situasi yang lebih kompleks. Menyadari pentingnya kemampuan regulasi emosi orangtua, sebuah kegiatan pengabdian masyarakat yang diadakan oleh mahasiswa Psikologi Universitas Negeri Malang dengan mengangkat tema "Penguatan Regulasi Emosi Orangtua dalam Mendidik Anak Berkebutuhan Khusus" untuk membantu orangtua dalam mengelola tantangan ini.
Kegiatan pengabdian masyarakat ini bertujuan untuk memberikan edukasi dan dukungan kepada para orangtua dalam mendidik anak berkebutuhan khusus serta meningkatkan keterampilan regulasi emosi orangtua. Acara tersebut berlangsung di SLB Bimantara, terletak di Kecamatan Ngantang, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Kegiatan sosialisasi dihadiri oleh orangtua dan wali murid.
Orangtua yang memiliki anak berkebutuhan khusus menghadapi tekanan emosional yang lebih tinggi. Perasaan cemas akan masa depan anak, frustasi dalam menghadapi perilaku anak hingga kelelahan fisik dan mental akibat tanggung jawab yang besar menjadi dilema bagi orangtua. Ketidakmampuan orangtua dalam mengatur emosi dapat mempengaruhi kualitas interaksi mereka dengan anak. Kualitas interaksi yang buruk ini akan berdampak pada perkembangan emosional dan sosial anak. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa orangtua yang mampu mengelola emosinya dengan baik cenderung lebih berhasil menciptakan lingkungan yang mendukung bagi anak berkebutuhan khusus (Smith et al., 2019).
Dalam kegiatan ini, mahasiswa mendefinisikan regulasi emosi dengan 3M (Memahami, Mengelola, dan Mengekspresikan). Memahami, diartikan sebagai mengenali dan menyadari apa yang dirasakan. Setelah menyadari emosi tersebut, orangtua dapat mengelola emosi dengan cara mengendalikan perasaan yang dialami dan yang terakhir, ketika emosi sudah terkendali, orangtua dapat mengekspresikan emosi apa yang dirasakan dengan cara yang baik. Ketiga poin tersebut menjadi highlight penting dalam kegiatan sosialisasi ini.
Kegiatan pengabdian masyarakat yang dilaksanakan di SLB Bimantara Ngantang menjadi langkah awal dalam meningkatkan kesadaran dan kemampuan orangtua dalam mendukung anak berkebutuhan khusus. Sekaligus menjadi pengingat bahwa membesarkan anak berkebutuhan khusus tidak hanya membutuhkan kesabaran tetapi juga pengelolaan emosi yang matang dari orangtua. Sehingga dengan regulasi emosi yang baik, orangtua dapat menciptakan lingkungan yang aman dan suportif bagi perkembangan anak mereka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H