Sore itu Ranti mandi lebih awal dari biasanya. Wajahnya tampak segar, aroma khas sabun mandi masih tercium di tubuhnya. Baju gamis setelan warna biru muda kombinasi putih menjadi pilihannya. Di depan meja rias kecil, Ranti membedaki tipis wajahnya.
Pikirannya melayang mengingat kembali tentang sebuah peristiwa yang dialaminya sekitar 2 bulan yang lalu. Wajahnya tampak memerah karena rasa malu. Ranti berusaha menepis peristiwa yang baru saja melintas kembali di pikirannya. Diambilnya sebuah kerudung warna putih, sebuah ciput putih dan segera memakai kerudungnya. Bros mungil warna emas, tampak melengkapi penampilan sederhananya. Wajahnya makin tampak cerah dan segar dengan pipi yang merona alami meski tanpa make up.
Di ruang tamu, Syifa anaknya yang berusia 3 tahun tengah bermain boneka sendiri.
“Sayang, sudah habis susunya?” tanya Ranti kepada anak semata wayangnya.
“Udah ... ni,” jawab Syifa sambil menunjukkan sebuah botol kosong kepada Ibunya.
“Waah, hebat anak Ibu,” jawab Ranti sambil mengambil botol kosong itu dari tangan Syifa. Syifa memang masih susah lepas dari botol susunya. Hal ini terjadi karena sejak usia 3 bulan Syifa ditinggal bekerja ibunya, dan diasuh Eyang Utinya. Terpaksa susu formula menjadi andalan Ranti untuk memenuhi kebutuhan susu Syifa.
“Yuk, kita beresin mainannya, sebentar lagi bunda Nana datang hlo ...” ucap Ranti dengan lembut.
“Oh, iya,” jawab Syifa pendek sambil setengah berlari membawa boneka ke kamarnya. Ranti hanya tersenyum melihat putrinya mengambil jilbab warna pink kesayangannya dan mencoba memakainya sendiri tanpa bantuan ibunya. Jilbab yang dibelikan oleh Eyang Uti, panggilan kesayangan Syifa, kepada ibu dari Ranti.
“Sayang, sini ibu betulkan jilbabnya, itu agak miring hlo,” ucap Ranti dengan lembut.
“Nah, kalau beginikan makin cantik anak ibu,” ucap Ranti sambil membelai kepala dan mencium lembut pipi putri kecilnya.